Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bangkok – Polisi Thailand mengatakan telah beberapa kali mencoba membujuk tentara yang telah menembak mati 29 orang termasuk komandannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ini dilakukan termasuk dengan mendatangkan ibu dari tentara yang bernama Sersan Mayor Jakrapanth Thomma, 32 tahun, dari Batalyon Amunisi ke-22. Ibunya, yang namanya dirahasiakan, datang dari Provinsi Chaiyaphum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ibunya mengatakan anaknya mengalami depresi dan mudah marah sehingga kecil efeknya meski diajak bicara baik-baik,” kata Mayor Jenderal Jirapob Puridet, yang memimpin tim keamanan di dalam Gedung Mal Terminal 21 seperti dilansir CNN pada Ahad, 9 Februari 2020.
Sebanyak 29 orang tewas di empat lokasi berbeda saat Jakrapanth Thomma memulai aksinya dengan menembak menggunakan senjata laras pendek dan senapan mesin M60.
Jakrapanth Thomma pergi ke mal dengan membawa Humvee yang dicuri dan dipersenjatai dengan senjata serbu beserta amunisi yang dicuri dari gudang pangkalan militer, kata seorang pejabat kepada Reuters.
Letjen Thanya Kiatsarn, Komandan Komando Area Kedua, mengatakan Thomma menyerbu gudang senjata milik pasukan militer untuk mempersenjatai diri pada Sabtu siang sebelum menuju mal.
"Dia menyerang penjaga ke gudang senjata, yang kemudian tewas, dan dia mencuri jip dan senjata HK33 dan sejumlah amunisi untuk melakukan apa yang dia lakukan," kata Thanya.
Sementara juru bicara militer Winthai Suvaree mengatakan pada Ahad bahwa penyerang mencuri dua senapan serbu, satu senapan mesin M60 dan 770 amunisi dari barak, dikutip dari Bangkok Post.
Jakrapanth Thomma yang berusia 32 tahun dilaporkan bertugas di pangkalan militer dekat dengan Nakhon Ratchasima, yang berjarak sekitar 250 km dari ibu kota Bangkok.
Jakrapanth Thomma pergi ke mal dengan membawa Humvee yang dicuri dan dipersenjatai dengan senjata serbu beserta amunisi yang dicuri dari gudang pangkalan militer, menurut seorang pejabat, dikutip dari Reuters, 9 Februari 2020.
Jakrapanth awalnya mengunggah pesan tertulis di Facebook selama serangan sebelum akunnya ditutup oleh Facebook. Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-ocha, dari Nakhon Ratchasima setelah melakukan perjalanan ke sana untuk bertemu dengan korban yang selamat.