PM Indira Gandhi bergerak cepat untuk mengkonsolidasikan
kekuasaannya di seluruh negara bagian India. Baru sebulan usia
kabinetnya, Ny. Gandhi membubarkan pemerintahan dan Dewan
Legislatif di 9 negara bagian. Dan pembubaran ini mendapat
persetujuan Presiden Sanjiva Reddy.
Kesembilan negara bagian itu selama ini di bawah pemerintahan
partai yang kini beroposisi di Lok Sabha (parlemen) dan terhadap
pemerintahan Ny. Gandhi di pusat. Situasi demikian, kata PM itu
sudah tidak mencerminkan kehendak para pemilih. Tujuannya ialah
supaya pemilu setempat diperbarui, walaupun belum tiba saatnya.
Morarji Desai ketika baru saja mengalahkan Partai Kongres I yang
dipimpin Ny. Gandhi dalam pemilu 1977 pernah berbuat sama. Waktu
itu pemerintahan Partai Janata pimpinan Desai juga membubarkan
pemerintahan di 9 negara bagian dengan alasan serupa Dan Ny.
Gandhi yang merasa kepentingan partainya dirugikan, waktu itu
menentang keputusan Desai. Namun dia akhirnya tak bisa berbuat
apa-apa.
Sekarang reaksi yang sama juga muncul dari kalangan partai
oposisi. Babubhal Patel, Kepala Pemerintahan negara bagian
Gujarat yang dipecat, mengatakan bahwa tindakan Ny. Gandhi ini
membuka jalan ke arah pemerintahan otoriter. Sedang Menteri
Keuangan negara bagian Uttar Paradesh menyebut tindakan Ny.
Gandhi itu bersifat 'diktator dan tidak demokratis'. Bahkan
Kepala Pemerintahan negara bagian Rajasthan, yang juga dipecat,
Bhairon Singh Shekhawat mengatakan "Ini suatu tindakan
diktator."
Kalangan pendukung Ny. Gandhi berulang kali mendesaknya untuk
segera melakukan hal tersebut. Terutama sejak terjadi
perkelahian antar kasta di dua negara bagian (Uttar Paradesh dan
Bihar) awal Februari. Memang perkelahian antar kasta ini sudah
lazim di India. Namun peristiwanya kali ini di desa Narainpur
menunjukkan bahwa pemerintahan Uttar Pradesh yang dipegang olel
Partai Lok Dal -- yang beroposisi terhadap kabinet Ny. Gandhi
-- tidak berusaha untuk menegakkan tertib hukum. Begitu tuduhan
Ny. Gandhi.
Di Narainpur itu polisi konon secara terang-terangan telah
menyerang kelompok Harijan -- status yang paling rendah dan
dikenal dengan sebutan 'orang yang tak boleh disentuh'.
Kejadiannya berawal dari peristiwa kematian seorang penduduk
desa itu akibat tubrukan truk.
Keluarganya meminta ganti kerugian, dan sopir truk melalui
polisi mengabulkannya. Namun uang ganti kerugian itu tak pernah
sampai ke tangan keluarga korban.
Sebagai protes, kemudian penduduk mendatangi kantor polisi. Tapi
bukan uang yang mereka dapat. Malah polisi memukuli para
'demonstran' itu termasuk kaum wanita. Dan sekalian menyerbu
desa mereka.
Kejadian ini tentu membikin Indira Gandhi prihatin. Dia bahkan
mengunjungi Narainpur dan secara langsung mendengarkan keluhan
penduduk tentang perlakuan polisi.
Selama ini polisi di pedesaan India memang sudah terkenal
sebagai alat kaum feodal. Apalagi gaji mereka tidak memadai
untuk hidup layak. Hingga dalam mencari tambahan penghasilan,
mereka tak jarang dengan memakai kekerasan.
Khusus di Narainpur, pertentangan kasta memang juga mengandung
unsur politik. Misalnya banyak anggota kepolisian setempat
berkasta menengah dan loyal kepada bekas PM Charan Singh.
Sementara itu dalam pemilu lalu sebagian besar penduduk yang
umumnya dari golongan Harijan memberikan suaranya kepada Ny.
Gandhi.
Dengan peristiwa Narainpur dan perkelahian antar kasta lainnya
tadi tampak Ny Gandhi makin beralasan membubarkan kesembilan
pemerintahan negara bagian itu. Tapi di balik itu, dia tentu
ingin melicinkan jalan bagi pemerintahan Partai Kongres I.
Jalan itu tersendat tadinya. Sebab walaupun di Lok Sabha
(majelis rendah) partainya memegang mayoritas, di Rajya Sabha
(majelis tinggi) partai oposisi merupakan mayoritas. Jadi,
dengan pembubaran pemerintahan dan Dewan Legislatif itu, Ny.
Gandhi menduga pada pemilihan setempat nanti partainya bisa
memenangkan kursi lebih banyak, supaya pada akhirnya memegang
mayoritas pula di Rajya Sabba. Itu masih harapannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini