BENDERA duka berkibar selama sepekan di Malaysia. Serangan
jantung telah mengakhiri usia Yang Dipertuan Agung, Tuanku Yahya
Putra, hari Kamis pekan silam. Suasana berkabung terjadi di
seluruh negeri, terutama di Kelantan, negeri asal almarhum.
Acara resmi, kegiatan rutin serta kegiatan dagang dengan segera
dibatalkan. Putera Mahkota Yordania, Pangeran Hassan bin Talal,
yang seharusnya beraudiensi dengan Yang Dipertuan Agung,
terpaksa mengubah acaranya menjadi melawat jenazah.
Dari istana, jenazah kemudian dipindahkan ke gedung parlemen
yang terletak di pusat kota Kuala Lumpur. Di sanalah Jumat lalu
para pelayat -- dari dalam dan luar negeri -- memberikan
penghormatan terakhir. Dari Jakarta datang Wakil Presiden Adam
Malik, yang bertindak sebagai wakil negara dan rakyat Indonesia,
menyampaikan perasaan duka cita. Juga tampak memberikan
penghormatan terakhir Presiden Singapura, Benyamin Sheares,
Perdana Menteri Muangthai. Kriangsak Chamanand serta Menlu
Burma, U Min Maung. Negara-negara lain diwakili oleh dubes
mereka di Kuala Lumpur.
Jenazah disembahyangkan di mesjid negara Kuala Lumpur setelah
sembahyang Jumat selesai. Sebelum diangkut ke Kota Baru, jenazah
disemayamkan semalam di Istana. Wafatnya Sultan Yahya dalam usia
61 tahun, secara otomatis menaikkan puteranya, Pangeran Ismail,
26 tahun, ke atas singgasana Kesultanan Kelantan yang ada di
Kota Baru. Penobatan berlangsung ketika jenazah belum lagi
dimakamkan.
Singgasana raja Malaysia yang kosong dengan segera pula diisi
oleh Tuanku Ahmad Shah, 49 tahun, Sultan Pahang yang selama ini
menjadi timbalan (wakil) Raja Malaysia. Penobatan darurat atas
diri Sultan Ahmad Shah dilaksanakan sesuai dengan undang-undang
yang mengharuskan diisinya singgasana sebelum pemilihan raja
baru berlangsung empat minggu setelah pemakaman.
Raja di Malaysia dipilih secara amat unik untuk masa jabatan
lima tahun oleh sembilan raja negara bagian. Sultan Yahya yang
wafat itu dipilih sebagai raja ke enam pada bulan Juni 1975.
Spekulasi di Kuala Lumpur menyebutkan kuatnya dukungan bagi
Ahmad Shah untuk terpilih sebagai Raja Malaysia yang ke VII.
Raja-Raja Malaysia ini sebenarnya tidak punya kekuasaan politik
apa pun. Tapi mereka memainkan peranan penting sebagai kepala
adat Melayu. Dengan tetap mempertahankan adat Melayu-dengan
Islam sebagai agama negara - penduduk Melayu di Malaysia bisa
tetap mempertahankan supremasi mereka di tengah-tengah penduduk
Cina yang jumlahnya tidak berbeda banyak dengan penduduk
bumiputra.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini