Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Ribuan Warga Ethiopia Unjuk Rasa Soal Penggal Kepala ISIS

Mereka diyakini akan memasuki Eropa.

23 April 2015 | 18.02 WIB

KAA, Bendera nasional Ethiopia. Wikipedia.org
Perbesar
KAA, Bendera nasional Ethiopia. Wikipedia.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Addis Ababa - Puluhan ribu warga Ethiopia turun ke jalan untuk mendukung sikap pemerintah melawan pembunuhan umat Kristen Ethiopia di Libya. Aksi turun ke jalan itu disertai pula dengan kemarahan warga terhadap pemerintah sehingga mereka terlibat bentrokan dengan aparat keamanan.

Demo jalanan yang berlangsung di Lapangan Meskel, Addis Ababa, pada Rabu, 22 April 2015, itu diwarnai aksi lempar batu oleh para pengunjuk rasa terhadap polisi yang menggunakan gas air mata guna membubarkan unjuk rasa. Dalam peristiwa tersebut, sedikitnya sepuluh orang ditahan.

"Kami lelah dengan omong kosong. Kami butuh aksi, membalas dendam saudara-saudara kami," teriak sekelompok pemuda. Pernyataan itu terkait dengan video pemenggalan kepala atau penembakan warga Ethiopia yang dirilis kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Libya.

"Ethiopia mengirimkan pasukan ke Somalia, Liberia, Burundi, tapi pemerintah tidak sanggup melindungi warga negaranya sendiri," ucap seorang demonstran, mengacu pada peran negeri itu dalam pasukan perdamaian di Uni Afrika dan PBB.

Ahaza Kassaye, ibu salah seorang korban pembunuhan bernama Eyasu Yikunoamlak, mengatakan kepada kantor berita AP, selama unjuk rasa itu berlangsung, mengaku kaget mendengar suara peserta demonstrasi.

"Saya bahagia sekarang, benar-benar bahagia. Saya sekarang dalam kondisi berkabung atas kematian anak saya bersama anggota keluarga dan para tetangga. Saya sama sekali tidak berharap peristiwa ini terjadi," katanya.

Kassaye, yang mencari tempat perlindungan di sebuah kafe ketika unjuk rasa berlangsung, berharap pemerintah segera bereaksi atas pembunuhan warganya, menutup perbatasan, dan menahan orang-orang yang disangka melakukan perdagangan manusia. Warga Ethiopia yang menjadi korban penangkapan dan pembunuhan di Libya itu diyakini tengah berupaya masuk ke Eropa.

AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Choirul Aminuddin

Choirul Aminuddin

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus