Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Si Pencatat Perang Kotor

Wartawan Rusia ini tewas ditembak. Dia rajin menulis kasus-kasus penyiksaan, eksekusi massal, penculikan untuk memperoleh tebusan, dan banyak lagi.

13 Oktober 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pembunuhan itu seperti pembunuhan biasa di Rusia sejak runtuhnya imperium Uni Soviet. Seorang perempuan separuh baya berkacamata dengan rambut kelabu terjengkang di lantai elevator (ada yang menyebut di depan pintu) apartemennya di Moskow, Sabtu sore, 7 Oktober lalu.

Ada tiga lubang bekas timah panas menyelusup ke dadanya dan satu lubang di kepala. Pistol Makarov berkaliber sembilan milimeter tergeletak di dekatnya. Ini sebagai ”tanda tangan” kontrak pembunuhan. Menurut polisi, kamera video keamanan merekam gambar seorang laki-laki muda mengenakan pakaian gelap dan topi bisbol hitam yang diduga sebagai pembunuhnya.

Tetangga yang menemukan tubuh perempuan itu mengenalinya. Ia Anna Politkovskaya, 48 tahun, ibu dua anak perempuan yang sudah dewasa. Tapi dunia internasional mengenalnya sebagai wartawan Rusia yang paling garang mengkritik kebijakan militer Rusia terhadap perjuangan rakyat Chechnya melepaskan diri dari federasi Rusia. ”Tak ada keraguan dia dibunuh karena kerja profesionalnya,” ujar Igor Yakovenko, Sekjen Serikat Wartawan Rusia.

Presiden Amerika Serikat George W. Bush pun tak mau melepas kesempatan menyatakan perasaannya. ”Sebagaimana banyak rakyat Rusia, rakyat Amerika kaget dan sedih atas pembunuhan brutal terhadap Anna Politkovskaya,” ujar Bush.

Bagi Sekjen Serikat Wartawan Rusia, Igor Yakovenko, jelas Politkovskaya dibunuh karena kerja profesionalnya sebagai wartawan. Apalagi, kematiannya terjadi pada hari ulang tahun Presiden Putin, dan dua hari setelah ulang tahun ke-30 Perdana Menteri Chechnya yang didukung Moskow, Ramzan Kadyrov. Keduanya adalah sasaran kritik pedas Politkovskaya.

Tak mengherankan, muncul spekulasi tentang motif pembunuhan yang tak lepas dari kedua tokoh itu. ”Semua tulisannya dalam beberapa bulan belakangan tentang Chechnya dan Kadyrov. Politkovskaya membencinya. Ini mungkin salah satu motif,” ujar Yulia Latynina, komentator koran yang mengenal Anya, panggilan akrab Politkovskaya.

Maka, ratusan orang yang marah berkumpul di Lapangan Pushkin, Moskow, memprotes pembunuhan itu. Di bawah foto Politkovskaya, satu poster tertulis: ”Kremlin membunuh kebebasan berbicara.”

Sepak terjang Polikovskaya di antaranya mendokumentasikan perlakuan kejam militer Rusia dan pasukan yang loyal kepada Kadyrov terhadap penduduk Chechen. Sedianya Politkovskaya menyelesaikan artikelnya tentang penyiksaan rakyat Chechnya yang akan diterbitkan pada edisi Senin koran Novaya Gazeta. ”Setahu saya ia berencana menulis tentang anak buah Kadyrov yang menyiksa rakyat Chechnya untuk memeras pengakuan tentang kegiatan antipemerintah,” ujar Wakil Pemimpin Redaksi Novaya Gazeta, Vitaly Yaroshevsky.

Menurut Yaroshevsky, ia tahu Politkovskaya punya pengakuan orang yang disiksa serta foto-foto mereka. Dalam situs web Novaya Gazeta disebutkan, pembunuhan Politkovskaya merupakan pembalasan Kadyrov atau upaya mendiskreditkannya. Politkovskaya menuduh milisi militer di bawah kontrol Kadyrov bertanggung jawab atas penculikan dan penyiksaan.

Dalam wawancara radio baru-baru ini, Politkovskaya mengaku sebagai saksi satu kasus kriminal Kadyrov tentang tuduhan keterlibatan dalam penculikan dua penduduk sipil—seorang etnis Rusia dan seorang etnis Chechen—yang disiksa dan dibunuh. Tapi Kadyrov membantah.

Dia menulis kasus-kasus penyiksaan, eksekusi massa, penculikan untuk memperoleh tebusan, dan menyingkirkan tersangka gerilyawan, hingga serdadu Rusia yang menjual tulang-belulang gerilyawan Chechnya kepada keluarganya agar bisa dimakamkan secara Islam.

Tulisan Politkovskaya mengukuhkan dirinya pada tempat kritikus perang yang paling vokal. ”Angkatan Darat dan polisi dengan sekitar 100 ribu kekuatan berkelana di sekitar Chechnya dalam satu negara yang betul-betul bermental bobrok,” tulisnya. ”Dan respons apa yang bisa diharapkan seseorang kecuali lebih banyak lagi terorisme dan rekrutmen pejuang perlawanan baru.”

Politkovskaya dituduh bersikap partisan dalam laporannya tentang kekejaman pasukan federal Rusia karena ia menutup mata atas kebrutalan gerilyawan Chechen. Namun, Spesialisasi Politkovskaya memang mengungkap horor, korupsi, dan kekacauan yang dibuat militer Rusia atas korban sipil perang pertama Chechnya dari 1994 hingga 1996 dan 1999.

Politkovskaya, yang bekerja untuk Novaya Gazeta, adalah wartawan ke-13 yang terbunuh sejak Putin berkuasa pada 2000. Dia wartawan kedua Novaya Gazeta yang dibunuh dalam kurun waktu 15 tahun.

Politkovskaya menerima sejumlah ancaman pembunuhan. Pada 2000 ia ditahan, dipukuli, dan menjadi subyek eksekusi pura-pura oleh militer penangkapnya. Tahun lalu, anak perempuannya yang sudah dewasa nyaris ditabrak oleh orang yang tak dikenal ketika mengemudikan mobil Politkovskaya.

Pada 2001 ia kabur ke Wina, Austria, setelah menerima ancaman lewat surat elektronik dari seorang yang mengaku perwira polisi yang ingin membalas karena pernah ia tuduh terlibat pembunuhan terhadap penduduk sipil. Toby Eady, agen bukunya di London, beberapa waktu lalu mencoba membujuknya meninggalkan Rusia karena ancaman, tapi Politkovskaya menolak. ”Saya tak akan meninggalkan Rusia hingga Putin hengkang,” katanya.

Dalam bukunya, Rusianya Putin, ia menjelaskan kebenciannya terhadap Presiden Putin: ”Saya tidak menyukainya karena... sinismenya, rasismenya, dan kebohongannya atas pembantaian orang yang tak berdosa selama periode pertamanya sebagai presiden.”

Anna Politkovskaya lahir di New York pada 1958 dari keluarga diplomat Rusia di PBB, dan sekolah di Rusia. Dia lulus dari sekolah jurnalistik Universitas Negeri Moskow, dan menulis untuk koran Izvestiya selama demam perestroika, gerakan reformasi yang diluncurkan Mikhail Gorbachev.

Pada 1999, ia bergabung dengan Novaya Gazeta. Sejak itu ia mulai dikenal sebagai wartawan yang kritis terhadap Kremlin lewat reportasenya tentang Chechnya. Dia fokus pada pelanggaran hak asasi penduduk sipil Chechen.

Pada 2002, ia menjadi mediator dalam penyanderaan di teater Moskow. Ketika itu gerilyawan Chechnya mengambil alih gedung itu saat pertunjukan sedang berlangsung dengan menyandera 900 orang.

Ia kemudian menulis tentang buntut penyanderaan yang diakhiri penyerbuan pasukan khusus Rusia dengan menggunakan gas ke dalam gedung teater. Akibatnya, 129 orang sandera dan semua militan Chechnya tewas. Menurut Politkovskaya, Putin sendiri yang memilih gas yang mematikan untuk operasi itu.

Militan Chechnya pula yang membawa ibu dua anak ini terbang ke Beslan pada 2004 ketika gerilyawan Chechen menduduki sekolah. Namun, sebelum pesawat mendarat, Politkovskaya terkapar tak sadarkan diri setelah minum secangkir teh. Ia baru bangun berjam-jam kemudian di ruang gawat darurat rumah sakit.

Diduga insiden itu merupakan upaya pembunuhan atas dirinya. Denyut nadinya tak berdetak dan dokter yakin ia sudah mati. ”Ini keajaiban, saya selamat,” katanya. Tapi ia melewatkan kekacauan ketika pasukan khusus Rusia akhirnya menyerbu sekolah itu yang mengakibatkan 331 orang sandera tewas, sebagian besar anak-anak.

Masih soal Chechnya, Maret lalu ia menulis penyakit misterius yang diderita anak sekolah dan guru mereka di Chechnya. Pemerintah Kremlin menyebutnya histeria massal, tapi Politkovskaya menduga itu peracunan secara massal.

Dalam bukunya A Dirty War, 2003, ia menulis: ”Catatan saya ditulis untuk masa depan. Ada kesaksian korban yang tak berdosa dalam perang Chechen terbaru. Itulah sebabnya saya mencatat semua detail semampu saya.”

Politkovskaya dianggap media Barat bukan hanya seorang wartawan, tapi juga sebagai aktivis dan analis yang selalu dikutip pendapatnya. Ia menerima 10 penghargaan dan hadiah dalam kariernya sebagai wartawan dan aktivis hak asasi manusia dari Amnesty Internasional, Reporters Without Borders, dan Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa.

Kerumunan orang berkumpul di dekat barisan politisi. Mereka meletakkan bunga mawar dan lilin di pintu keluar. Selimut menutupi mayat Anna Politkovskaya ketika dibawa keluar dari blok apartemennya.

Raihul Fadjri (Washington Post, The Independent, BBC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus