Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berita Tempo Plus

Lelaki Berturban Hitam

Kandidat yang digadang-gadang Ayatollah Ali Khamenei, Ebrahim Raisi, terpilih menjadi Presiden Iran. Dituduh terlibat dalam pembantaian tahanan politik.

19 Juni 2021 | 00.00 WIB

Poster Calon Presiden Iran Ebrahim Raisi, dipasang saat pendukungnya menyaksikan debat capres di Tehran, Iran 12 Juni 2021. Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS
Perbesar
Poster Calon Presiden Iran Ebrahim Raisi, dipasang saat pendukungnya menyaksikan debat capres di Tehran, Iran 12 Juni 2021. Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Bekas Ketua Mahkamah Agung Ebrahim Raisi terpilih menjadi Presiden Iran.

  • Dia dituduh terlibat dalam eksekusi sekitar 5.000 tahanan politik pada 1988 sehingga masuk daftar hitam Amerika Serikat.

  • Raisi sudah lama diprediksi akan menjadi pengganti Ayatollah Ali Khamenei.

BERJUBAH hitam-putih dengan turban hitam membekap kepala—simbol keturunan Nabi Muhammad dalam tradisi Syiah Iran—Ebrahim Raisi datang ke sebuah masjid di selatan Teheran pada Jumat siang, 18 Juni lalu. Calon Presiden Iran itu memasukkan surat suara ke sebuah kotak plastik dan kemudian melambaikan tangan kepada orang-orang yang sedang menunggu giliran mencoblos.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus