Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan milik Elon Musk, Space Exploration Technologies Corp (SpaceX), melakukan ekspansi ke Filipina dengan menawarkan layanan broadband satelit untuk sektor bisnis dan pemerintah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Data Lake Inc, sebuah perusahaan yang berbasis di Filipina yang sebagian sahamnya dimiliki oleh taipan Henry Sy Jr, menyatakan telah menandatangani kesepakatan untuk menjadi mitra pertama Starlink SpaceX di Asia Tenggara.
“Filipina adalah negara kepulauan, dan menghubungkan negara kita dengan dunia yang lebih luas sering kali membutuhkan infrastruktur yang luas,” kata pemimpin Data Lake, Anthony Almeda, dalam sebuah pernyataan, Kamis, 27 Oktober 2022.
Filipina terdiri dari 7.600 pulau, banyak di antaranya terisolasi dan dengan medan pegunungan, membuat jangkauan broadband sulit bagi perusahaan. Setiap tahun, negara itu dilanda sekitar 20 badai tropis, sering kali merusak infrastruktur dan memutus hubungan komunikasi antarpulau dan antarprovinsi.
Starlink SpaceX menggunakan jaringan ribuan satelit untuk menyediakan akses Internet ke wilayah yang jauh atau ketika komunikasi terganggu selama bencana alam.
Data Bank Dunia menunjukkan, di Filipina, hanya tujuh dari setiap 100 orang yang memiliki langganan broadband tetap, tertinggal dari negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Awal Oktober lalu, Kementerian Teknologi Informasi dan Komunikasi Filipina menyatakan masuknya Starlink di pasar Filipina dijadwalkan pada 2023.
Filipina memiliki beberapa pengguna media sosial paling rajin di dunia, tetapi kecepatan 4G di negara berpenduduk 105 juta orang itu termasuk yang terendah di antara 10 negara anggota ASEAN.
Starlink, yang diluncurkan pada Oktober 2020, memiliki lebih dari 400 ribu pengguna di seluruh dunia dan telah memproduksi lebih dari satu juta terminal pengguna. Perusahaan ini telah bermitra dengan maskapai penerbangan dan kapal pesiar.
Perusahaan itu juga memainkan peran dalam perang Ukraina. Pada 15 Oktober lalu, Elon Musk mengumumkan akan terus mendanai Internet satelit Starlink di Ukraina meski merugi sekitar US$ 20 juta atau Rp 309 miliar per bulan karena menyediakan layanan Internet satelit gratis.
REUTERS | AL ARABIYA