Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Sudah Saling Mendukung, Rusia dan India Tak Butuh Dolar AS

Presiden BRICS menilai India dan Rusia saling dukung lebih dari 40 tahun sehingga penyelesaian bersama di sektor perdagangan tak perlu dolar AS.

26 Agustus 2022 | 18.00 WIB

Ilustrasi Ekspor Import. Getty Images
Perbesar
Ilustrasi Ekspor Import. Getty Images

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden BRICS Purnima Anand dalam forum internasional pada Kamis, 25 Agustus 2022, mengungkap Rusia dan India tak membutuhkan mata uang dolar Amerika (USD) dalam perdagangan. Sebab kedua negara telah menerapkan mekanisme penyelesaian bersama yang saling menguntungkan dalam mata uang rubel dan rupee sehingga tidak membutuhkan USD dalam penyelesaian bersama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

   

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Hari ini mekanismenya sama, yakni penyelesaian bersama dalam mata uang rubel dan yuan, yang sedang dikembangkan oleh Cina. Itu artinya, negara-negara anggota BRICS terbuka pada Rusia, menawarkan kesempatan pada negara itu untuk mengatasi segala konsekuensi atas sanksi-sanksi yang dijatuhkan,” kata Anand.   

Ilustrasi kapal pengangkut peti kemas ekspor dan impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Tempo/Tony Hartawan

 

Menurut Anand, hubungan perdagangan yang saling menguntungkan antara India dan Rusia dalam lebih dari 40 tahun terakhir tumbuh lima kali lipat. Moskow mensuplai minyak ke India dalam jumlah yang cukup banyak dan sebagai imbalannya Moskow mendapat produk-produk pertanian, tekstil, obat-obatan dan produk lainnya dalam jumlah besar      

 

Anand juga melihat New Delhi memposisikan diri sebagai pihak yang netral di tengah hujan sanksi ke Rusia dari negara-negara Barat. Kendati ada tekanan sanksi-sanksi, India meyakinkan akan terus bekerja sama dengan Moskow di sektor manapun yang diperlukan.

 

“Ketika operasi militer Rusia di Ukraina dimulai, secara alami ada tekanan ke India untuk menghentikan impor minyak dari Rusia. Namun Kementerian Luar Negeri menolak tekanan-tekanan ini. Dari sisi Rusia, negara itu juga memastikan suplai tidak akan dihentikan dan sanksi-sanksi tidak akan berdampak pada hubungan kedua negara,” tutur Anand.

 

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin pernah mengatakan tidak mungkin memisahkan Rusia dari negara-negara lain. Sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat tidak akan mengubah perkembangan Rusia.

 

Rusia telah dihantam dengan rentetan sanksi Barat yang dirancang untuk mengisolasinya dari ekonomi global. Sanksi dikenakan setelah Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022. Akibatnya sanksi menutup akses Rusia ke barang-barang elektronik komersial, semikonduktor dan suku cadang pesawat.

 

“Bukan hanya pembatasan tetapi penutupan akses ke produk-produk hi-tech asing secara sengaja terhadap kami. Jelas ini adalah tantangan besar bagi Rusia tetapi kami tidak akan menyerah,” ujar Putin, Juli 2022 saat berbicara pada konferensi video dengan tokoh-tokoh pemerintah.

 

 

Sumber: RT.com

  

 

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.       

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus