Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RAKYAT Thailand masih prihatin- dengan banjir besar di dua pro-vinsi utara, Uttardit dan Sukho-thai, Selasa pekan lalu. Tapi Per-dana Menteri Thaksin Shina-watra secara mengejutkan muncul di Gedung Pemerintah. Ia menebar senyum dengan bendera kecil Thailand di tangannya. ”Saya kembali bekerja secara penuh dan akan memimpin rapat kabinet,” ujar Thaksin.
Kekhawatiran kelompok oposisi kini terbukti. Hari itu Thaksin kembali- me-mimpin rapat kabinet mingguan, se-bagai-mana laiknya dia lakukan ketika menjabat perdana menteri, sebelum menyerahkan kursinya ke wakil perdana men-teri sementara, Chitchai Wannasathit, April lalu. Dan gelombang demonstrasi yang digerakkan kelompok oposisi Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (PAD) selama dua bulan memaksa Thaksin mundur, serta air mata perpisahan Thaksin yang menggenang setelah bertemu Raja Bhumibol Aduljadej di Istana Klanikangwon, seperti tak berarti apa-apa.
Thaksin pamit untuk beristirahat ke luar negeri. Kini skenarionya jelas. Menjelang perayaan ke-60 sang raja naik takhta pada Juni mendatang, ia kembali lagi, mengisi tempat yang ditinggalkan untuk sementara waktu. Menurut juru bicara pemerintah, Surapong Suebwonglee, Thaksin kembali karena khawatir kekosongan kekuasaan akan merusak ekonomi. ”Situasi ekonomi saat ini sama (buruknya) dengan ketika Partai Thai Rak Tai pertama kali memerintah pada 2001,” ujar Surapong.
Kecaman pun berhamburan ke alamat- Thaksin dari kubu oposisi. Partai- -opo-sisi menuduh Thaksin ingkar janji untuk lengser. ”Dia tak punya hak kembali be-kerja sebagai perdana menteri-,” ujar juru bicara Partai Demokrat, Ong-art -Klampaiboon. Menurut Ong-art, -Thaksin tak menjawab tuduhan terhadap-nya tentang korupsi dan konflik kepentingan.
Bahkan seorang bekas senator Ka-roon- Sai-ngarm meminta pengadilan ta-ta usaha negara mencopot Thaksin dan kabinetnya. Sebab, menurut Karoon, Thaksin tak berhak memerintah setelah ia dalam rapat kabinet pada 4 April lalu mengumumkan akan mening-galkan pemerintahan hingga pemerin-tahan baru terbentuk. ”Thaksin kehi-lang-an statusnya sejak ia mengajukan surat pengunduran diri,” ujar Bancherd Singkaneti, ahli hukum dari Universitas Thammasat, Bangkok.
Toh Thaksin menyumpal telinganya rapat-rapat. Ia malah mengadakan pertemuan darurat untuk membahas ope-rasi bantuan untuk Provinsi Uttardit dan Sukhothai, yang luluh-lantak dilanda banjir. Thaksin tak menyia-nyiakan kesempatan menunjukkan gaya populis-nya. Ia mengunjungi kawasan banjir sehari setelah aktif lagi sebagai perdana menteri. ”Banyak mayat yang tidak dapat kami selamatkan,” ujar Thaksin.
Walhasil, banjir yang membuat 100 orang hilang itu setidaknya untuk se-mentara bisa mengalihkan perhatian rakyat Thailand dari kontroversi kembalinya Thaksin ke puncak kekuasaan. Apalagi pada hari pertama Thaksin di kantor perdana menteri, kabinet membatalkan resolusi sebelumnya untuk memulihkan jabatannya.
Resolusi yang dikeluarkan pada 5 April lalu itu menyatakan, Thaksin mendelegasikan tugas kepada anggota kabinet. Wakil Perdana Menteri Chitchai Wannasathit sebagai pelaksana perdana menteri sementara, dan anggota kabinet, dibenarkan menjalankan tugas yang sebelumnya butuh persetujuan perdana menteri. Dan setelah Thaksin kembali, Chitchai dan menteri lainnya dengan patuh mengembalikan pende-legasian pekerjaan itu kepada Thaksin. ”Saya yakin krisis politik dapat ditanggulangi, karena pada dasarnya rakyat Thailand kompromistis,” kata Thaksin.
Benarkah? Boleh jadi Thaksin terlalu percaya diri. Sebab, aliansi oposisi meng-ancam akan menggelar demonstrasi ja-lanan untuk menjatuhkan Thaksin se-usai Raja Bhumibol bersukaria bersama 30 raja sedunia di Bangkok pada 12 dan 13 Juni mendatang. ”Dia (Thaksin) tak lagi punya legitimasi bekerja sebagai pemimpin negeri ini,” ujar juru bicara PAD, Suriyasai Katasila.
Apalagi satu survei atas 1.598 pendu-duk Bangkok pada 21 dan 22 Mei lalu me-nunjukkan, 56 persen responden ingin- Thaksin menepati janji tak lagi menjadi perdana menteri pada pemerintahan- mendatang. Celakanya, 57 responden pe-r-caya ketegangan antara pendukung dan penentang Thaksin akan meluas jika ia ngotot kembali ke kekuasaan.
Inilah yang dikhawatirkan analis po-litik Panitan Wattanayakorn. Menurut Panitan, kembalinya Thaksin dapat memicu dua krisis politik sekaligus: aksi demonstrasi terhadap Thaksin dan kontroversi yang tak terselesaikan soal pemilu lalu. ”Kekacauan bisa lebih buruk dan melunturkan kepercayaan (pelaku pasar) di luar Thailand, ketika muncul persepsi bahwa Thailand tak kunjung keluar dari krisis politik,” katanya.
Niat oposisi menggusur Thaksin tidak semata-mata hanya untuk saat ini. Tar-get- oposisi: Thaksin tak boleh mencalon-kan diri lagi pada pemilu ulang yang rencananya pada 29 Oktober. Tapi, ketika ia kembali berada di tampuk kekuasaan, Thaksin bak disambut bentangan karpet merah menuju gerbang pemilu, dan menang. Maklum, pada pemilu yang dinyatakan tak sah oleh Mah-kamah Agung itu saja Partai Thai Rak Thai yang dipimpin Thaksin menang dengan meraup 57 persen suara.
Masalahnya, tanpa Thaksin partainya hanya macan ompong. ”Ketika Thaksin tak berada di kursi kemudi, moral partainya anjlok,” ujar Satit Wongnongtaey dari Partai Demokrat. Jadi, katanya, Thaksin harus kembali dengan proyek yang lebih merakyat agar popularitasnya kinclong. Tak mengherankan bila oposisi bernafsu mengubur Thaksin satu batu nisan dengan Partai Thai Rak Thai.
Raihul Fadjri (dari berbagai sumber)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo