Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Amerika Serikat Donald Trump menawarkan diri untuk menjadi mediator atau penengah dalam sengketa wilayah yang kaya sumber daya alam di Laut Cina Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Cina dan sejumlah negara ASEAN selama beberapa dekade mempersoalkan klaim kepemilikan atas wilayah di Laut Cina Selatan. Bahkan Cina telah mendirikan sejumlah bangunan di sana yang membuat sengketa makin panas. Amerika Serikat berulang kali menegaskan tidak berkepentingan di wilayah sengketa itu. Meski dalam pemberitaan, Amerika beberapa kali ketahuan memantau situasi di Laut Cina Selatan.
Baca: Cina Minta Indonesia Batalkan Ubah Nama Perairan Natuna, atau...
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Andai saya dapat menengahi atau arbitrase, tolong beritahu saya... Saya seorang mediator yang sangat baik," kata Trump kepada Presiden Vietnam Tran Dai Quang di Hanoi saat keduanya mengadakan pertemuan resmi, Minggu, 12 November 2017, mengutip Channel News Asia, 13 November 2017.Kendaraan tempur amfibi milik pasukan Amerika Serikat bermanuver di Laut Cina Selatan di dekat pantai San Antonio, Filipina, 21 April 2015. Filipina mencari dukungan militer dan diplomatik pada AS untuk menangkis ancaman China terkait sengketa Laut China Selatan. Reuters/Erik De Castro
Trump mengungkapkan kesediaannya sebagai mediator atau arbitrator beberapa saat sebelum terbang ke Manila, Filipina sebagai rangkaian terakhir dari kunjungan 12 harinya ke 5 negara Asia.
Beberapa jam kemudian, media resmi pemerintah Cina, Xinhua memberitakan bahwa pemerintah Cina dan Vietnam telah menghasilkan konsensus dalam menangani sengketa klaim wilayah di Laut Cina Selatan. Kesepakatan tiu dilakukan saat Presiden Xi Jinping berada di Hanoi.
Baca: AS Tambah Patroli di Laut Cina Selatan
Menurut Xinhua, konsensus itu meliputi pengelolaan maritim, meningkatkan kerja sama maritim dalam segala bentuk termasuk pembangunan bersama dan memperjuangkan berasma perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan.
Pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte mengucapkan terima kasih atas tawaran Trump dan memuji kebaikan hatinya seraya mengakui kehebatan Trump sebagai mediator.
"Kami berterimakasih kepadanya tentang hal itu. Sangat baik, tawaran dari yang murah hati karena dia seorang mediator yang baik. Dia memang master untuk seni bernegosiasi," kata Alan Peter Cayetano, Menteri Luar Negeri Filipina.
Namun, menurut Cayetano, Filipina belum memberikan jawaban atas tawaran Trump.
Baca: Cina Buka Bioskop Pertama di Wilayah Konflik Laut Cina Selatan
"Negara-negara yang mengklaim harus memberikan jawaban secara pribadi atau kelompok dan tak satu negara pun dapat memberikan jawaban cepat karena mediasi melibatkan semua pihak yang mengklaim dan tidak mengklaim,' kata Cayetano.Salah satu kapal perang Angkatan Laut Tiongkok menembakkan rudal, pada saat latihan di Laut Cina Timur. Latihan dilakukan setelah abritrase internasional menolak klaim Tiongkok atas Laut Cina Selatan. Wu Dengfeng/Xinhua via AP
Duterte sendiri telah bertemu Xi Jingping untuk membahas sengketa wilayah di Laut Cina Selatan di sela Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik atau KTT APEC pada hari Sabtu, 11 November 2017 di Danang, Vietnam.
Dalam sengketa Laut Cina Selatan, Cina telah mengklaim sebagai pemilik hampir seluruh wilayah strategi dan vital di Laut Cina Selatan. Cina diperkirakan mendapatkan US$ 5 trilion dari perdagangan laut setiap bulan dari wilayah ini. Wilayah ini juga diyakini kaya akan minyak dan gas.
Baca: Bendung Cina, Vietnam Reklamasi Pulau di Laut Cina Selatan
Negara-negara ASEAN yang mengklaim wilayah Laut Cina Selatan ini adalah Vietnam, Filipina, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Taiwan juga mengklaim wilayahnya di Laut Cina Selatan.
Cina dan ASEAN sepakat untuk mengumumkan hasil pembicaraan mereka tentang kesepakatan memulai membahas kode perilaku di perairan Laut Cina Selatan di Manila pada hari Senin, 13 November 2017.