Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Brussels -- Uni Eropa mengenakan sanksi larangan perjalanan dan pembekuan aset terhadap 18 warga negara Korea Utara, yang diduga terlibat mendukung program senjata nuklir dan rudal balistik negara itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Para menteri luar negeri UE menyepakati sanksi terbaru ini dalam pertemuan pada Senin, 22 Januari 2018, setelah sebelumnya mereka juga mencukur nilai transaksi perdagangan dengan Korea Utara untuk mendukung pemberlakuan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca: Wow, Korea Utara Punya Resor Ski Baru
Mayoritas orang yang terkena sanksi itu adalah diplomat Korea Utara di Afrika dan Asia, yang menggunakan berbagai perusahaan kamuflase untuk menyuplai bahan baku dan komponen kebutuhan rezim Kim Jong Un terkait program senjata nuklir dan rudal balistik.
"Mereka menggunakan berbagai perusahaan di Mozambik, Eritrea, dan Malaysia untuk menyuplai batubara, senjata, perlengkapan radio, dan kebutuhan strategis lainnya dari rezim Korea Utara," begitu dilansir media Reuters, 22 Januari 2018.
Menurut media ABC News, Sebagian orang-orang yang terkena sanksi ini adalah petinggi perusahaan dan bukan pejabat tinggi pemerintah.
Sanksi terakhir dari Uni Eropa ini membuat jumlah orang Korea Utara yang terkena sanksi bertambah menjadi 58 orang dengan sepuluh perusahaan dan organisasi juga terkena sanksi. Sedangkan PBB juga mengenakan sanksi terhadap sekitar 79 orang dan 54 entitas dari Korea Utara.
Pemerintah AS pimpinan Presiden Donald Trump juga telah mengenakan sanksi terhadap sejumlah individu dari Korea Utara menjelang akhir 2017.
"Uni Eropa menyatakan akan terus menekan Korea Utara yang mempercepat pengembangan senjata nuklir dan rudal balistik dengan mengabaikan sanksi-sanksi sebelumnya dari PBB," begitu pernyataan EU seperti dilansir Reuters.
Dalam pidato 2018, pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, mengatakan akan mempercepat produksi massal rudal balistik dengan hulu ledak nuklir untuk kepentingan melawan Amerika Serikat.
Dia mengatakan memiliki tombol rudal nuklir di meja kerjanya dan siap menekannya jika Presiden AS, Donald Trump, memerintahkan pasukan menyerang negaranya.
Belakangan, Kim mendekat kepada Korea Selatan dan menyatakan Korea Utara ikut serta dalam Olimpiade Musim Dingin di PyeongChang, Korea Selatan. Kedua negara dikabarkan bakal muncul dengan membawa satu bendera bersama dalam pembukaan olimpiade pada 9 Februari 2018.