Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepergian Muhammad Abdul Hamid alias Lilik Abdul Hamid ke pangkuan Allah SWT bukan hanya menjadi kabar duka bagi para WNI di Selandia Baru, tetapi seluruh masyarakat Indonesia. Lilik masuk dalam daftar 50 korban tewas penembakan massal di dua masjid di kota Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat 15 Maret 2019 lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Muhammad Ibnu Khaldun Sitompul, Ketua PPI Selandia Baru, Lilik dikenal sebagai sosok yang rutin mengikuti kegiatan yang diadakan oleh masyarakat Indonesia di Selandia Baru, khususnya mereka yang tinggal di sekitar kota Christchurch. Lilik sudah lebih dari 20 tahun merantau ke Selandia Baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Saya sudah lebih dari dua tahun mengenal beliau. Pak Lilik sudah seperti orang tua kami sendiri,” kata Ibnu kepada Tempo, 18 Maret 2019.
Dia menceritakan kabar kematian Lilik baru diketahui pada Sabtu malam, 16 Maret 2019 setelah mendapat telepon dari otoritas identifikasi Selandia Baru. Melalui sambungan telepon itu, pihak berwenang mengatakan Lilik masuk dalam daftar korban tewas.
“Keluarga Pak Lilik ke rumah sakit, bertanya ke sana-sini karena polisi tidak bisa langsung memberikan informasi. Kami lalu meninggalkan nomor yang bisa dihubungi di Kepolisian dan Rumah Sakit. Kami tidak mau berfikir negatif, kami berfikirnya mungkin Pak Lilik lari ke suatu tempat saat penembakan. Jadi pas tahu (meninggal), kami sedih sekali,” kata Ibnu.
Lilik tertembak di masjid Al Noor, Christchurch, Selandia baru, meninggalkan satu istri dan dua anak yang sudah remaja. Salahudin Rafi, Ketua Ikatan Alumni STPI dan dosen di Universitas Trisakti, menyebut Lilik lulusan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia atau STPI pada 1983 dan bekerja di maskapai Air New Zealand.
Ibnu menggambarkan Lilik orang yang sering hadir ke pengajian, baik hati dan ramah pada siapapun. Lilik bahkan bersedia membuka pintu rumahnya di bagi WNI yang ingin menginap siapapun itu. Keluarga Lilik di Indonesia rencananya akan terbang ke Selandia Baru untuk menyaksikan pemakamannya di negara itu secara Islam.