Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PROYEK pembuatan vaksin flu burung untuk manusia merupakan satu di antara jajaran kasus yang membelit Muhammad Nazaruddin. Terpidana perkara suap Wisma Atlet SEA Games, Palembang, itu turut menyiasati agar anggaran negara turun ke PT Bio Farma. Imbalannya: PT Anugrah Nusantara, perusahaan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu, mesti jadi pemenang tender.
Badan Pemeriksa Keuangan menemukan ketidakberesan proyek itu. Mereka menduga sejak awal sejumlah petinggi Bio Farma, seperti Direktur Utama Iskandar dan Direktur Produksi Mahendra Suhardono, menyediakan karpet merah untuk Nazaruddin. Lembaga audit negara itu bahkan menuding keduanya melakukan tindak pidana pemalsuan dan penyembunyian sejumlah dokumen untuk menutupi keterlibatan mereka.
"Kami sulit mengomentari laporan BPK karena yang diaudit instansi lain," kata Iskandar pada Jumat pertengahan Maret lalu. Mengenakan kemeja batik cokelat-putih, dengan suara yang kadang lirih, sekitar satu setengah jam dia menjawab pertanyaan Tempo di ruang rapat besar PT Bio Farma, ditemani Sekretaris Perusahaan Rahman Rustan dan sejumlah anggota staf.
Apa peran Bio Farma dalam proyek pengadaan vaksin flu burung ini?
Kami diminta memberi masukan sesuai dengan perjanjian kerja sama dengan Kementerian Kesehatan. Kami tidak bertanggung jawab menyusun rencana kerja.
Tapi sejumlah dokumen menunjukkan Bio Farma ikut dalam merencanakan anggaran?
Tidak, hanya memberi masukan. Rekomendasi kami hanya lima halaman. Yang akan mengoperasikan memang Bio Farma, tapi pengadaan barangnya bukan.
Bagaimana hubungan Bio Farma dengan PT Anugrah Nusantara, pemenang tender?
Kami tidak punya hubungan apa-apa. Concern kami adalah alat yang dibeli harus baik karena kami yang akan menjalankannya. Ada keluhan ketika kami diminta membandingkan penawaran dengan requirement. Terutama yang asal Cina, kami coret-coret. Peran kami jadi terbalik di mata BPK. Yang menentukan, yang mengevaluasi penawaran, katanya kami.
Mengapa PT Anugrah Nusantara bisa mendapat proyek ini?
Saya tidak tahu.
Apakah itu dimulai dari pertemuan di Gedung Arthaloka?
Saya tidak ikut. Saya pernah mendengar ini dari teman-teman direksi. Saya tidak tahu apakah terkait dengan proyek ini. Tapi, ketika saya tanya, mereka bilang tidak ada pertemuan.
Bukankah ada Nazaruddin dalam pertemuan itu?
Kalau tidak salah, yang membuat statement ini Pak Dori (Dori Ugiyadi, Kepala Divisi Produksi Vaksin Virus). Anggota direksi yang saya tanya bilang tidak ada urusan dengan Nazaruddin. Kaitannya hanya kepentingan negara. Kami mendapat surat dari Kementerian Kesehatan sekitar Mei 2008 bahwa Bio Farma akan mendapat dana hibah.
Surat Kementerian itu merupakan respons atas surat Bio Farma?
Bukan, awal pemberitahuan bahwa akan ada proyek pengadaan vaksin flu burung yang nantinya ada di Bio Farma. Ini sebelum ada perjanjian kerja sama.
Tapi ada surat Direktur Utama Bio Farma pada April 2008 ke Menteri Kesehatan yang memberitahukan perkembangan proses proyek ini.
Kalau April, menurut saya, konteksnya itu tentang…. (Dia tidak melanjutkan kalimatnya.) Bagi Bio Farma, kan, ini kesiapsiagaan pandemik. Kami hanya mengajukan ke Jepang, itu bagian dari surat penjelasan ke Kementerian Kesehatan yang terkait dengan urusan ke JICA (Japan International Cooperation Agency). Ketika ke JICA, kami menemui berbagai pihak, bertanya-tanya harus ke mana agar pinjaman disetujui Dewan Perwakilan Rakyat.
Nama PT Anugrah muncul ketika proses tender atau sebelumnya?
Kami tidak tahu banyak. Tahunya setelah proses aanwijzing.
Kapan terakhir berhubungan dengan PT Anugrah Nusantara?
Ketika proyek ini diberhentikan, dua tahun lalu. Mereka ke sini, banyak orang, meeting setiap minggu. Terakhir saya ikut rapat, mendengar ini mau dihentikan, kami katakan akan sulit dimulai lagi.
Siapa perwakilan dari PT Anugrah yang biasa datang?
Timnya banyak, tim teknisnya. Kami lebih banyak berhubungan dengan konsultan, bukan Anugrah. Pengawasan bangunan dan peralatan itu di bawah Kementerian Kesehatan.
Anda pernah bertemu dengan Nazaruddin?
Pernah. Oh, bukan, tapi dengan saudaranya, Pak Nasir. Beliau datang ke sini, ada kunjungan Komisi VI DPR, mempertanyakan proyek vaksin. Cuma, bukan ke kami, karena ada Kementerian Kesehatan. Kami hanya duduk di sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo