Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Beberapa waktu lalu, para bankir Indonesia singgah di kantor kedutaan di Oslo dan kami berbincang cukup lama. Saya katakan kepada mereka bahwa kita dihadapkan pada defisit neraca perdagangan Indonesia-Norwegia. Ekspor Indonesia ke Norwegia tidak banyak. Hanya kopi, tekstil, alas kaki, ban, furnitur, dan beberapa lagi. Jumlahnya tidak besar jika dibandingkan dengan impor kita dari Norwegia, yang lumayan bervariasi, yakni seafood (terutama salmon, trout, dan makerel), alat derek, pupuk, tanker, teknologi militer, serta berbagai produk berteknologi tinggi, yang harganya pasti lebih mahal ketimbang kopi, alas kaki, atau furnitur.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo