Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saya tertarik oleh tulisan Danarto berjudul Karyawan Allah (TEMPO, 3 Desember 1988 Kolom). Di situ saya mendapatkan kesan bahwa Danarto dalam mengemukakan pengertian pasrah, masih mengikuti aliran yang digerakkan Mazhab Jabariyah, paham fatalisme. Golongan itu mendapat tantangan hebat di zamannya. Juga dipandang penyebab kemunduran dan terpojoknya umat Islam. Mengapa Danarto saya katakan penganut paham Jabariyah? Atau, setidak-tidaknya, Danarto sepaham dengan golongan itu. Sebab, ia mengartikan pasrah sebagai tidak berusaha mencari nafkah alias percaya kepada, bukan pasrah kepada Allah swt. Sedangkan pengertian pasrah kepada Allah artinya menyerahkan nasib diri dan usaha dan tenaga kita kepada Allah sedangkan kita sendiri tidak kurang-kurangnya berusaha dan mengerahkan tenaga dalam usaha itu. Pasrah di sini menyerahkan diri kepada Allah dan berpegang teguh kepada Dia tanpa mengurangi usaha dan bekerja. Sejak manusia sadar akan keberadaannya di dunia ini, ia mulai memikirkan tujuan hidupnya kebenaran, kebaikan dan Tuhannya. Itu dilaksanakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Ia berpikir dan bertanya-tanya akan tiap hal dan mencarikan jawaban yang memuaskan dirinya. Dalam mencarikan jawaban atas persoalan-persoalan hidup, kebenaran, kebaikan, dan Tuhan itulah kemudian manusia menciptakan beberapa rangkaian sistem berpikir, yang kemudian disebutkan dengan istilah filsafat. Berfilsafat berarti, antara lain, berikhtiar atau berusaha membuka jalan pengertian, yang tertutup misteri ke arah kejelasan akan realitas. Bukankah jawaban atas persoalan atau kejelasan akan realitas itu sudah dicakup dan ditunjukkan jalannya oleh agama? Secara langsung Allah memerintahkan kepada manusia, agar berusaha sesuai dengan kemampuannya, antara lain, dalam mencari nafkah, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya sebagai berikut. "Dan carilah karunia yang Allah berikan kepadamu untuk keselamatan bagi negeri akhirat, tetapi janganlah engkau melupakan masalahmu di dunia.", (Quran Surah 28:77). "Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat. Dan, Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha." (Q.S.25:47). Dan, ayat yang paling terkenal, karena paling sering dikutip di negeri kita, terdapat di Quran, Surah 13:11. "Sesungguhnya Allah tak mengubah keadaan suatu bangsa, sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." Begitulah, Saudara Danarto, Islam kini dikalahkan Barat, karena paham yang dianut Danarto itu. Umat Islam dilarang menjadi umat pengekor, tetapi menjadi pengendali. Tidak pula boleh menjadi gerobak yang ditarik ke mana-mana, tetapi sebagai lokomotif yang menarik dan bertenaga besar. Islam tak condong ke Barat dan tak pula miring ke Timur. Tetapi Islam tampil ke tengah-tengah mengajak semua benua, ras, dan bangsa untuk berkiblat kepada Dia. AMINAH AMFAH Jalan Asempapak III/80 Sedayu Gresik Jawa Timur
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo