Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kolom

Strategi: Membidik Dan Menembak

Kebijaksanaan peningkatan lapangan kerja dengan modernisasi pembangunan, investasi modern yang membawa gairah ekonomi meluas,menggugah investasi sekunder lebih lanjut.

26 Juni 1971 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ALKISAH, seorang pradjurit dengan seputjuk karabel ditangannja, setjara offensip menjergap lima orang musuh, membidik, dan menembak mereka, satu demi satu. Hasil jang cemerlang, dan kemenangan mutlak ini, tidak lain adalah hasil strategi jang djitu dari si-pradjurit: jaitu setjara sistimatis telah diperhitungkan, dan ditentukan, melihat kondisi dan situasi jang ada, pradjurit musuh jang mana jang harus ditembak lebih dahulu, dan jang mana jang harus ditembak berikutnja. Kesalahan menetapkan urut-urutan sasaran jang harus dibidik dan ditembak, bisa mengakibatkan hasil jang lain, memberikan bentuk-bentuk reaksi jang lain pula dari para pradjurit musuh jang disergap itu jang mungkin memberikan tembakan balasan jang fatal terhadap penjergap itu sendiri. Strategi membitjarakan usaha pentjapaian tudjuan jang memuaskan, jaitu jang efektip dan efisien, pada kondisi dan situasi tertentu. Djika kondisi dan situasi berubah dengan sendirinja akan diperoleh bentuk strategi lain. Djadi pada dasarnja dapat diperoleh daftar matjam-matjam strategi untuk bermatjam-matjam kondisi dan situasi jang berlain-lainan. Dan dengan demikian dapat dibedakan apakah suatu usaha pentjapaian tudjuan adalah strategis atau tidak strategis, tergantung pada ukuran-ukuran efisiensi dan efektifitas. Tetapi, dalam kehidupan sehari-hari bukan sadja ada bermatjam-matjam kondisi dan situasi, tetapi djuga ada bermatjam-matjam tudjuan. Ada tudjuan-tudjuan jang saling mengisi, saling mengganti, dan ada pula jang saling bertentangan satu sama lain. Dan dengan demikian, penentuan mana jang strategis dan kurang strategis makin mendjadi rumit. Kadang-kadang merupakan perdebatan jang tidak pernah berhenti, sepandjang hari dan sepandjang zaman. Orang dapat mengatakan, bahwa kebidjaksanaan investasi dewasa ini kurang strategis, karena kebidjaksanaan ini tidak menaikkan tingkat lapangan kerdja, apalagi meniadakan pengangguran jang telah meluas. Momok pengangguran telah menggugah perasaan kalangan luas dan sebagian penguasa maupun para ahli pikir, jang achirnja dikehendaki adanja tudjuan peningkatan lapangan kerdja. Dan orang-orang itu mulai mengatakan bahwa kebidjaksanaan industrialisasi seperti dewasa ini, termasuk mengundang investor asing dengan industri modernnja, adalah kurang strategis, karena hal ini tidak membukakan lapangan kerdja. Bahkan investor domestik dan investor asing memasukkan mesin-mesin modern, jang kapital-intensip, dan membiarkan pengangguran berdjalan terus. Dan orang-orang tersebut menghendaki kebidjaksanaan jang lebih strategis menurut ukuran mereka sendiri, jaitu perlunja investasi-investasi jang lebih buruh-intensip, jaitu jang menjediakan lapangan kerdja. Ahli-ahli pikir jang lain djustru mengatakan sebaliknja bahwa industrialisasi dan investasi asing tidak harus muntjul dengan lapangan kerdja jang luas, tetapi djustru datangnja mesin-mesin modern, tjara-tjara kerdja modern itu akan membawa hasil jang lebih gemilang. Bukan sadja karena mesin-modern dan tjara-kerdja modern itu memang kulturnja industriawan modern, tetapi djuga akan diperoleh ladju kerdja dan ladju membangun jang lebih tjepat, produktivitas jang lebih tinggi, serta menularkan modernisasi pembangunan jang sangat diperlukan itu. Inilah jang harus dibidik dan ditembak dulu, baru kemudian disusulkan bidikan dan tembakan berikutnja: jaitu diusahakan investasi-investasi modern ini membawa gairah ekonomi jang meluas, jang kemudian pada tahap berikutnja menggugah investasi-investasi sekunder lebih landjut, dan baru boleh diharapkan terbukanja lapangan kerdja baru jang telah banjak. Bagi jang mengerti hakekat dari strategi, maka inilah jang strategis, karena menempatkan lapangan kerdja pada proporsi jang lebih benar, jaitu lapangan kerdja sebagai akibat dari gairah ekonomi, bukan sebaliknja. Dan memang demikian halnja. Demikian pula bagi jang suka berbitjara tentang adil dan makmur. Keadaan dewasa ini dirasakan sebagai keadaan jang kurang adil, dimulai dari pembagian kekajaan antara sikaja dan simiskin, antara pusat dan daerah, antara hebatnja Djakarta Metropolitan dan kota-kota diudik jang terbelakang, antara Departemen jang subur dan kurang subur. Disini lagi-lagi strategi bitjara. Djika adil dulu ditekankan maka hal ini berarti adil untuk keadilan itu sendiri, dan ahli-ahli keadilan mungkin lebih terhibur daripada ahli-ahli kemakmuran. Adil dulu, makmur belakangan pada hakekatnja adalah pembagian kemiskinan belaka. Makmur dulu, adil belakangan adalah strategis, karena hanja kalau ada kemakmuran maka ada jang dibagi-bagi. Makmur dulu mendorong akumulasi modal, adil dulu sebelum makmur sekedar sama-rasa sama rata tanpa perdjuangan. Begitu pula hanja kalau ada kemakmuran dapat tersedia lapangan kerdja jang lajak. Karena sekedar pembagian kemiskinan sama sekali sulit di katakan strategis. Repelita I sudah separo djalan. Repelita II telah dipikirkan. Dan sipradjurit jang ofensip mau menang perang tahu, mana jang harus dibidik dan di tembak dulu dan mana jang harus pula ditembak berikutnja. Hasilnja menentukan ladju dan kebesaran pembangunan dewasa ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus