Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta- Dalam film ini, Ethan Hunt menguasai semuanya: darat,laut,udara. Pokoknya hebatlah dia. Dan kita tetap saja asyik menyaksikan hiburan ini.
Ini dua menit pertama.
Langit gemetar. Sebentar lagi semesta akan buyar.
Kita menyaksikan sebuah peswat yang siap terbang menembus awan, dan di dalam tubuhnya ada paket luar biasa besar –konon berisi tabung-tabung raksasa berisi gas penghancur syaraf—yang harus dikeluarkan. Pesawat mulai bergerak. Tentu saja seluruh mata memandang para super-agen IMF (yeah, ini singkatan dari Impossible Mission ForceI) berupaya mengeluarkan paket besar itu. Namun komedian Simon Pegg (kembali berperan sebagai jago teknologi Benji Dunn) perlu melakukan kesalahan-kesalahan kecil untuk menurunkan ketegangan sekaligus agar Ethan Hunt (Tom Cruise), si penyelamat semesta punya alasan untuk meloncat dan bergelantungan di pintu pesawat. Beberapa detik menegangkan apakah Ethan akan berhasil membukanya (tentu saja dia berhasil membukanya, meloncat ke dalam dan segera mengambil tabung gas itu dan nyemplung menembus awan dengan parasut.
Jika pada menit pertama saja Ethan Hunt sudah memberikan sebuah adegan penuh debar, apalagi yang akan dia sajikan kepada fans Mission Impossible? Tenang. Para penggemarnya—dari masa serial TV hingga dijajah Tom Cruise sejak tahun 1997—sudah hapal formulanya: Ethan Hunt memiliki misi penyelamatan dunia (yang tak mungkin ditolak karena hidup mati kita ada di tangan sang penyelamat); ada seorang penjahat yang pasti ingin menguasai dunia; ada tekanan atau bahkan ancaman pembubaran IMF dari pihak pemerintah AS sendiri (entah dari CIA atau dari kelompok intel lain yang sudah pasti iri pada kedahsyatan IMF); dan jangan lupa seorang perempuan femme fatale yang sudah pasti lebih tinggi daripada Tom Cruise, bisa jadi dia musuh atau dia kawan, atau kedua-duanya. Pokoknya harus ada ketegangan seksual antara Ethan Hunt dan sang perempuan, meski paling-paling hanya berakhir dengan berciuman –seperti pada Mission Impossible:Ghost Protocol—atau hanya saling memandang dengan penuh hasrat seperti yang terjadi pada edisi Rogue Nation.
Tetapi kalaupun kita sudah kenal formula Mission Impossible, seperti halnya kita sudah mengenal betul formula James Bond, setiap sutradara terkadang ingin ‘mengkhianati’ formulanya sendiri. Misalnya dalam film ini, sejak awal si Jahat bernama Salomon Lane sudah muncul –biasanya mereka tampil dengan misterius setelah sekitar 30 menit berlangsungnya film. Salomon Leane (Sean Harris) sengaja ditampilkan sebagai penjahat penyebar teror berwajah tenang dan manis –karena begitulah wajah para penjahat masa kini.
Ethan Hunt segera menyadari, mitos tentang kelompok The Syndicate ternyata sebuah kenyataan: sekelompok super-agen yang membelot dari institusi resmi dan bersatu mengacaukan dunia di bawah pimpinan Pak Lane kurus, ringkih, dan tekstur suaranya seperti tikus yang terperangkap dalam jebakan itu: mencericit.
Kali ini tim Mission Impossible hampir mirip dengan Ghost Protocol. Ada agen Brandt (Jeremy Renner yang sesungguhnya dulu digadang-gadang menjadi Matt Damon atau Tom Cruise yang lebih unggul karena sudah menembus nominasi Oscar dalam Hurt Locker); Benji Dunn dan lagi-lagi Vang Rhimes yang lazimnya berfungsi menjadi ‘penasehat’ setia dan jagoan teknologi yang akan selalu membantu, mendukung dan menyelamatkan Ethan di manapun dia berada: di darat, laut, udara.
Nah, beres. Tinggal menentukan sebetulnya wanita cantik dengan kaki jenjang dan jago tembak sekaligus bisa silat sambil memotek leher lawan itu siapa sih? Diperankan Rebecca Ferguson, si cantik yang sejak awal perannya sengaja dibikin misterius—karena kita tak tahu dia berpihak pada siapa—berperan sebagai Ilsa Faust, seorang agen MI6 yang kesetiaannya dipertanyakan.
Untuk yang menanti aksi-aksi ala Mission Impossible, tentu saja soal gelantungan di pesawat itu cuma sekedar cemilan awal. Nanti Tom Cruise juga tetap jadi jagoan darat: kejar-kejaran dengan motor dengan penuh gaya (iya, dia tidak menggunakan aktor stunt) dan Tom Cruise juga akan memamerkan betapa dia juga bisa melesat bak ikan tanpa bantuan tabung oksigen.
Seru?
Tentu saja. Ini Mission Impossible. Jadi kita segala yang tak mungkin harus dimungkinkan. Dari sisi cerita, sutradara Christopher McQuarrie—yang menyutradarai Tom Cruise dalam film Jack Reach dengan baik—juga terampil memberikan kejutan kecil, pengkhianatan dari tradisi Mission Impossible. Bagaimana lihainya Salomon Lane ternyata bisa masuk menyusul kepada rekaman awal yang biasa didengarkan Ethan Hunt sebagai instruksi; bagaimana IMF dibubarkan untuk membentuk rasa urgensi tim Ethan Hunt sekaligus penonton yang terus menerus penasaran.
Dari berbagai serial TV yang menjadi ‘cemilan’ sore hari saat kita hanya memiliki TVRI –bandingkan dengan The Saint, Starsky and Hutch, Charlie Angels—harus diakui Mission Impossible berhasil menembus box office pada setiap produksinya, bahkan yang disutradarai John Woo yang paling banyak dikritik masih mendulang keberhasilan di layar internasional (di Indonesia, saat itu, film ini harus melawan film Sherina yang meledak dan melahiran euphoria).
Jika Tom Cruise tak pernah juga menjadi tua—silahkan lihat bagaimana dia memamerkan tubuhnya—mungkin franchise ini masih akan terus mengeruk kantong kita hingga akhir hayat. Kita memang gemar adegan laga. Apa boleh buat.
Leila S.Chudori
MISSION IMPOSSIBLE: ROGUE NATION
Sutradara : Christopher McQuarrie
Skenario : Drew Pearce
Pemarin : Tom Cruise, Jeremy Renner, Ving Rhames, Simon Pegg, Rebecca Ferguson, Alec Baldwin
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini