Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Palangka Raya - Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran akhirnya menetapkan status tanggap darurat bencana banjir di wilayahnya selama 15 hari ke depan sejak Rabu 8 September 2021. Keputusan itu diambil setelah lima kabupaten yakni Katingan, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Seruyan dan Lamandau sudah menetapkan status itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sugianto menjelaskan, ada sejumlah permasalahan yang dihadapi warga korban banjir. Mulai dari kekurangan makanan, makanan ringan untuk anak-anak, sampai obat-obatan. “Karena itu kami akan menambah jumlah dapur umum di lokasi banjir bekerja sama dengan Polri dan TNI,” ujarnya usai meninjau sejumlah daerah banjir di Kabupaten Katingan dan Seruyan, Rabu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jumlah tenaga kesehatan di lokasi banjir juga dijanjikannya ditambah untuk mendampingi dan membantu warga yang menjadi korban baik saat banjir ataupun pascabanjir. Dia menyebutkan, penambahan untuk Kabupaten Kotawaringin Timur ada 20 orang, Seruyan 15 orang dan Katingan 30 orang
“Bahkan saya perintahkan Direktur RSUD Doris Sylvanus dan 30 anak buahnya untuk standby di lokasi banjir terparah di Kabupaten Katingan,” katanya.
Banjir sudah terjadi di sejumlah wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur sejak akhir bulan lalu. Banjir menyusul intensitas hujan tinggi di wilayah itu yang menyebabkan dua sungai meluap.
Dalam penjelasannya, Erma Yulihastin dari Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan dari Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer di Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) mengatakan terjadi pembentukan pusat-pusat konveksi yang dipicu oleh anomali sirkulasi angin di Kalimantan. Anomali itu yang berada dibalik intensitas tinggi hujan yang turun.
Erma juga mengungkapkan, suplai kelembapan tinggi juga terkonsentrasi di Kalimantan karena adanya penjalaran gelombang Kelvin dari barat yang bertemu dengan Gelombang Rossby dari timur. Pola pertemuan kedua gelombang itu, menurutnya, pengulangan peristiwa yang memicu hujan penyebab banjir besar di Kalimantan Barat pada 14 Juli 2021.