Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - BMKG menyebut penurunan tanah di beberapa wilayah Indonedia termasuk Semarang menjadi penyebab banjir yang belakangan ini melanda Kota tersebut. Curah hujan yang tinggi terjadi sejak Rabu, 13 Maret 2024 menambah faktor penyebab wilayah Semarang terendam banjir.
Dilansir dari Antara, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan selain kondisi anomali cuaca-iklim, penurunan permukaan tanah juga memicu sebagian besar daerah di Pulau Jawa rentan terkena bencana banjir dan tanah longsor.
“Fenomena penurunan muka tanah ini diketahui merujuk dari hasil penyelidikan geologi yang diikuti oleh tim BMKG,” kata dia dalam video konferensi bibit siklon tropis BMKG yang dipantau di Jakarta, Kamis, 14 Maret 2024.
Menurutnya, Kota Semarang, Pekalongan dan Demak merupakan daerah di Pulau Jawa yang paling kentara mengalami penurunan permukaan tanah.
Terjadi Sejak 10 Tahun Terakhir
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penurunan permukaan tanah terjadi di wilayah pesisir Kota Semarang, Pekalongan dan Demak sekitar 10 centimeter per tahun. Fenomena ini sudah berlangsung terhitung sejak 10 tahun terakhir.
Ia mengungkapkan bahwa penurunan yang berkelanjutan itu membuat permukaan tanah wilayah pesisir Jawa Tengah saat ini terpaut lebih rendah dari muka air laut.
Kondisi kian diperparah setelah analisis meteorologi menemukan hingga beberapa waktu ke depan atmosfer Indonesia masih akan dilanda aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) serta fenomena Gelombang Kelvin, Rossby Equatorial, dan tiga Bibit Siklon Tropis sekaligus.
Penggunaan Air Tanah Secara Berlebihan
Dilansir dari laman resmi ugm.ac.id, Dosen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik UGM, Heri Sutanta, menyebut percepatan penurunan tanah yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia termasuk Semarang karena adanya pemanfaatan air tanah secara berlebihan dan melebihi kapasitas imbuhannya.
Penelitian Heri menunjukkan, di daerah tangkapan air Kota Semarang dulunya terdapat banyak kebun, tanah tegalan dan ruang terbuka, namun terjadi perubahan dengan adanya kompleks perumahan, kawasan industri dan pembangunan infrastruktur lainnya. Hal ini menyebabkan berkurangnya imbuhan di Cekungan Air Tanah (CAT) Semarang.
Ia pun mengatakan bahwa permasalahan ini harus ditangani secara komprehensif. Misalnya daerah pemukiman dan industri yang ada saat ini di kawasan pesisir dapat dilindungi dengan tanggul laut. Heri mengungkapkan, di antara kota besar di Indonesia, sementara ini hanya Jakarta dan Semarang yang mengalami proses penurunan tanah yang begitu cepat.
Pilihan Editor: 59 Kereta Api Terdampak Banjir Semarang, Ribuan Tiket Dibatalkan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini