Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Perubahan iklim global adalah fakta yang tidak bisa disangkal lagi. Lembaga antariksa Amerika NASA mencatat sejumlah perubahan yang terjadi di berbagai muka bumi. Perubahan yang akan membawa pada bencana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Bencana, tercatat semakin sering terjadi di banyak wilayah di dunia. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) atau Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim memprediksi naiknya suhu global dalam beberapa dekade ke depan disebabkan oleh efek gas rumah kaca.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dari keterangan yang didapat dari nasa.gov, suhu rata-rata global meningkat sekitar 1-3 derajat celcius. Kondisi ini akan menguntungkan beberapa wilayah namun juga merugikan di wilayah lainnya.
IPCC menuliskan bahwa perubahan suhu global dapat mempengaruhi iklim akan terus berlanjut. Ditegaskan oleh NASA besarnya perubahan iklim mendatang tergantung pada jumlah gas yang memerangkap panas yang dipancarkan secara global, dan seberapa sensitif iklim bumi terhadap emisi tersebut.
Hal ini didukung oleh suhu bumi akan terus meningkat karena aktivitas manusia. Aktivitas manusia berkontribusi besar dalam menyumbang panas bumi meskipun kenaikannya tidak dirasakan semua negara di dunia.
Selain kenaikan suhu, perubahan iklim juga akan mengubah pola curah hujan. Bahkan di beberapa tempat kekeringan, gelombang panas, dan badai akan semakin intens. Dalam situs NASA, nasa.gov juga disebutkan air muka laut akan meningkat dan tanah akan turun. Yang paling parah adalah es di Samudra Arktik akan habis.
Menanggapi hal ini Margaret Ackerley, wakil presiden senior dan penasihat umum WWF menegaskan bahwa krisis dan kebijakan mengenai iklim menjadi masalah yang sulit untuk dipecahkan.
“Sekarang, apa yang telah lama diprediksi oleh para ilmuwan iklim di mana-mana kekeringan, kebakaran hutan, panas, badai, pencairan, erosi, dan perubahan lainnya ada di sini, di depan kita, dan tidak dapat disangkal,” tulisnya dalam situs milik WWF, worldwildlife.org.
Meski begitu, menurut Ackerley hal ini bukan tanpa solusi. Riset kenaikan suhu bumi akibat gas rumah kaca dari aktivitas manusia dapat menjadi kunci untuk mengatasi krisi iklim ini. “Itu juga melukiskan gambaran tentang apa yang mungkin terjadi jika emisi dikurangi secara drastis. Ada harapan,” begitu ujar Ackerley.
Dari pernyataan tersebut ia menegaskan jika manusia di seluruh dunia memperhitungkan dan memperhatikan aktivitas yang dilakukan akan mengubah arah mengenai perubahan iklim.
TATA FERLIANA
Baca juga: Sri Mulyani: Butuh Rp 3.461 T Untuk Tangani Perubahan Iklim hingga 2030