Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Lingkungan

Peneliti Ungkap Misteri Suara Dengungan Aneh di Dalam Bumi

Peneliti mengidentifikasi sekitar 7.000 gempa gunung tektonik dan 407 sinyal seismik yang sangat lama.

14 Januari 2020 | 12.51 WIB

Penduduk berusaha menghindar saat gelombang tinggi menerjang pemecah ombak di Pantai Widarapayung, Binangun, Jawa Tengah, Rabu, 25 Juli 2018. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Cilacap mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi untuk perairan selatan Jawa Tengah dan Samudra Hindia, dengan ketinggian gelombang mencapai 7 meter. ANTARA
Perbesar
Penduduk berusaha menghindar saat gelombang tinggi menerjang pemecah ombak di Pantai Widarapayung, Binangun, Jawa Tengah, Rabu, 25 Juli 2018. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Cilacap mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi untuk perairan selatan Jawa Tengah dan Samudra Hindia, dengan ketinggian gelombang mencapai 7 meter. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ilmuwan fisika dan peneliti gempa bumi dan gunung berapi dari Jerman Simone Cesca dan timnya mempelajari Bumi dan apa yang terjadi di permukaannya. Dua tahun lalu, banyak instrumen yang digunakan untuk mendengar bagaimana Bumi bereaksi dengan mengeluarkan dengungan aneh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Suara dengungan aneh datang seperti ledakan, keluar hingga ratusan mil dan berlangsung selama setengah jam. Banyak aktivitas seismik terdeteksi di Samudera Hindia, dekat pulau Mayotte, dan para peneliti memusatkan perhatian mereka pada dasar laut di sekitar pulau itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketika pertama kali mendengar dengungan tersebut, para ilmuwan hanya bisa menebak apa yang terjadi, tapi sebuah makalah baru yang diterbitkan di Nature Geoscience menawarkan penjelasan yang lebih konkret.

“Di sini kami menganalisis data seismik dan deformasi regional dan global untuk memberikan gambaran rinci selama satu tahun dari proses magmatik yang dalam dan langka,” demikian bunyi dalam jurnal, seperti dikutip laman BGR, baru-baru ini.

Peneliti mengidentifikasi sekitar 7.000 gempa gunung tektonik dan 407 sinyal seismik yang sangat lama. Gampa Bumi awal bermigrasi ke atas sebagai respons terhadap gili magma yang merambat dari kedalaman Moho (8 km di bawah kerak samudera) ke permukaan, sedangkan peristiwa selanjutnya menandai kegagalan progresif atap reservoir magma, memicu resonansinya.

Pulau tersebut sebenarnya telah tenggelam lebih dari enam inci, dan para peneliti sekarang mengatakan bahwa kelahiran gunung berapi bawah laut baru menjadi hal yang bertanggung jawab. Kelahiran gunung berapi dan pergerakan lempeng tektonik di daerah tersebut menghasilkan sekitar 7.000 gempa bumi, meskipun sebagian besar terlalu kecil untuk dapat diamati.

Gunung berapi itu sendiri sangat besar, membentang sekitar 800 meter dari dasar laut. Dengan menggabungkan pembacaan seismik dengan pengamatan dasar laut, tim dapat memperkirakan ukuran reservoir magma yang terkuras selama periode ini.

Analisis seismik dan deformasi periode sangat lama menunjukkan bahwa setidaknya 1,3 kilometer kubik magma dikeringkan dari reservoir berdiameter 10 hingga 15 kilometer pada kedalaman 25 hingga 35 kilometer. "Kami menunjukkan bahwa aktivitas magmatik lepas pantai yang dalam dapat ditangkap tanpa pengawasan di tempat," tulis para peneliti.

BGR | NATURE GEOSCIENCE

M. Khory Alfarizi

M. Khory Alfarizi

Alumnus Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Bergabung di Tempo pada 2018 setelah mengikuti Kursus Jurnalis Intensif di Tempo Institute. Meliput berbagai isu, mulai dari teknologi, sains, olahraga, politik hingga ekonomi. Kini fokus pada isu hukum dan kriminalitas.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus