Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Profesor psikologi dari Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, mangatakan kesejahteraan psikologis adalah satu kunci dalam menghadapi krisis multidimensi akibat pandemi Covid-19. Pandemi itu, menurutnya, telah menghadirkan situasi tidak normal yang mungkin dapat membentuk realitas baru atau normal baru yang tidak mudah diterima.
"Jika orang tidak sejahtera secara psikologis ini nanti usaha pelandaian (kurva jumlah kasus) akan terkendala karena perilaku tidak mendukung," katanya dalam diskusi yang diselenggarakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Graha BNPB Jakarta, Minggu 10 Mei 2020.
Kondisi saat ini di mana terjadi normal yang baru lewat pembatasan-pembatasan sosial berskala besar, Hamdi menerangkan, menjadi stressor yang dapat menggerogoti kesehatan psikologis masyarakat. Kondisi psikologis yang terganggu bisa mempengaruhi kekebalan tubuh dalam melawan penyakit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Warga melakukan proses pencairan bantuan sosial berupa uang tunai di Kantor Pos Merdeka Palembang, Sumatera Selatan, Rabu, 6 Mei 2020. Sekitar 15 ribu Kepala Keluarga (KK) di Kota Palembang menerima bantuan sosial berupa uang tunai dari Kementerian Sosial. ANTARA/Feny Selly
Sedang kesejahteraan psikologis memiliki keterkaitan dengan kesejahteraan ekonomi dan fisik. "Ini penting karena psychological well being menurut riset mempengaruhi imunitas, dan imunitas adalah kata kunci melawan pandemi," kata dia.
Motivator Tung Desem Waringin, dalam diskusi yang sama, juga mengatakan, kebahagiaan dan emosi positif adalah kunci dalam mencapai kesejahteraan psikologis. Dia mengungkap pengalamannya saat menjalani perawatan Covid-19 dan kini telah dinyatakan sembuh.
"Di awali dengan mental positif terlebih dahulu," kata dia. Demi itu dia mengaku tak sungkan bernyanyi, bahkan dengan gerakan. Dia juga mengajak dokternya melakukan yang sama. "Hati yang gembira adalah obat. Menata hati juga saya lakukan dengan menghindari berita negatif," katanya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyatakan upaya untuk membuat kurva jumlah kasus Covid-19 melandai pada bulan ini. Pernyataan itu mengikuti tren di sejumlah negara di dunia yang mulai melonggarkan karantina dan penguncian di wilayahnya. Karantina dan isolasi wilayah itu sendiri untuk mengendalikan dan memetakan penularan virus.