Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Olahraga

Atlet Senam Keluhkan Minimnya Fasilitas Latihan

"Ini kan peninggalan sejak tahun 1997 dan belum pernah direnovasi, peralatannya pun sejak saat itu belum diganti," ujar Ita

10 Agustus 2015 | 22.01 WIB

Atlet Senam Ritmik Putri, Nabila Evandestiera, dalam sesi latihan di GOR Senam Raden Inten, Jakarta, 11 Maret 2015. Pemusatan latihan ini merupakan persiapan untuk menghadapi ajang Sea Games 2015 di Singapura pada 6-16 Juni 2015. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Perbesar
Atlet Senam Ritmik Putri, Nabila Evandestiera, dalam sesi latihan di GOR Senam Raden Inten, Jakarta, 11 Maret 2015. Pemusatan latihan ini merupakan persiapan untuk menghadapi ajang Sea Games 2015 di Singapura pada 6-16 Juni 2015. TEMPO/Dhemas Reviyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua III Bidang Dana, Peralatan, dan Komunikasi Internal PB Persani Ita Yuliati mengatakan, kekurangan fasilitas dan peralatan latihan menjadi penyebab para atlet senam nasional kurang bisa berprestasi di kancah internasional.

Kondisi memprihatinkan tersebut tampak jelas di Gedung Latihan Senam PB Persani yang terletak di kawasan Senayan, Jakarta. Gedung tersebut memiliki pencahayaan yang kurang, pengap, dan kotor.

"Ini kan peninggalan sejak tahun 1997 dan belum pernah direnovasi, peralatannya pun sejak saat itu belum diganti," ujar Ita yang ditemui usai acara peluncuran logo baru PB Persani di gedung latihan tersebut, Jakarta, Senin.

Menurut dia, beberapa peralatan latihan sudah rusak dan tidak layak digunakan sehingga dikhawatirkan akan mencederai para atlet yang sedang berlatih.

"Palang bertingkat sudah retak, lalu matras di sini sudah bolong dan berdebu. Kalau ada atlet mau latihan salto sudah pasti cedera," ujarnya.

Menurut dia, kondisi tersebut tidak hanya dialami oleh atlet timnas namun juga atlet di daerah.

Di Jawa Timur, kata dia, ada seorang atlet yang sebelum mengikuti SEA Games di Singapura beberapa waktu lalu, memaksakan diri untuk ikut ujicoba ke Doha, Qatar hanya karena atlet tersebut ingin mencoba berlatih di matras yang benar dan sesuai standar pertandingan.

"Jadi mereka latihan lima hari di Doha hanya karena ingin mencoba matras. Itu kan menyedihkan sekali," kata Ita.

Selain peralatan, kontingen senam asal Indonesia juga menghadapi kendala mental. Hal itu terbukti saat prakualifikasi SEA Games 2015 mereka menempati urutan pertama namun saat benar-benar bertanding, Indonesia hanya berhasil memperoleh satu medali perak.

Tantangan lain yang dihadapi kontingen senam Indonesia adalah kurangnya wasit dan pelatih.

"Senam kan penilaiannya sangat subjektif, akurasinya harus benar-benar tepat. Kalau tidak akurat dan dinilai oleh wasit lain kita bisa dikurangi 0,3 poin, sedangkan dinilai wasit kita sendiri paling berkurangnya hanya 0,1 poin," tutur dia.

Untuk itu, dalam acara peluncuran logo baru tersebut, PB Persani menandatangani kesepakatan dengan PT Orindo Prima tentang kerja sama pengadaan seperangkat peralatan latihan dan paket pakaian pertandingan senam artistik.

"Kami akan terus berupaya memenuhi kebutuhan fasilitas dan peralatan lainnya dengan melibatkan pemerintah dan sektor swasta," kata Ita.

Menurut dia, senam adalah olahraga yang patut dikembangkan karena dalam ajang SEA Games atau Asian Games, potensi perolehan medali dari cabang senam saja bisa mencapai 24-28 medali.

"Kalau kita mau benar-benar menggenjot senam (Indonesia), paling tidak tiga sampai empat medali emas bukan hal mustahil," ujarnya.

ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yocta Nurrahman

Yocta Nurrahman

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus