Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tenis tunggal putra dunia di ambang perubahan besar. Era "The Big Three" segera usai dan Carlos Alcaraz diprediksi akan mendominasi tanpa ada rival kuat yang bisa menyainginya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kerisauan sudah dilontarkan Pat Cash, legenda tenis dunia yang pernah juara di Wimbledon 1987. "Siapa yang akan menyaingi anak ini dalam beberapa tahun ke depan?" kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mantan petenis Australia tersebut melontarkan pertanyaan itu setelah Alcaraz mengalahkan Novak Djokovic di final Wimbledon 2023, Minggu, 16 Juli 2023. Ia merebut grand slam keduanya sekaligus mengakhiri 34 kemenangan beruntun Djokovic di lapangan rumput.
Alcaraz masih berusia 20 tahun. Ia sudah berada di peringkat satu dunia. Final Wimbledon 2023 membuktikan, ia juga sudah mampu mengatasi Djokovic yang kehebatannya mulai terkikis usia.
Djokovic, 36 tahun, adalah satu dari tiga petenis yang dijuluki The Big Three --bersama Rafael Nadal dan Roger Federer-- yang dalam dua dekade tarakhir mendominasi tunggal putra dunia. Kini, dominasi tersebut segera usai.
Federer sudah pensiun. Nadal terus diganggu cedera. Adapun Djokovic, di Wimbledon 2023 terlihat mulai melemah dimakan usia. Alcaraz yang 16 tahun lebih muda darinya mampu mengekploitasi kelemahannya.
Djokovic mungkin masih belum akan pensiun. Petenis Serbia ini masih akan jadi pesaing Alcaraz di US Open 2023, grand slam terakhir tahun ini. Tapi untuk tahun depan dan tahun-tahun kemudian, mengingat usia, mungkin sulit membayangkan ia dan Alcaraz akan terlibat rivalitas sengit seperti Djokovic-Nadal atau Djokovic-Federer.
Sejauh ini ia baru tiga kali menghadapi Alcaraz. Tren yang mungkin akan hadir di tahun-tahun mendatang adalah: Alcaraz makin menanjak, sedangkan grafik Djokovic terus menurun.
Dalam posisi seperti ini, idealnya muncul petenis muda lain yang bisa jadi rival seimbang Alcaraz dalam perebutan gelar-gelar juara, termasuk di grand slam. Sayangnya, sejauh ini belum muncul sosok yang mumpuni.
Petenis Italia Jannik Sinner, 21 tahun, mampu mengalahkan Alcaraz di Wimbledon tahun lalu. Tapi, ia sejauh ini baru mampu lolos ke satu semifinal grand slam dan kalah dari Djokovic.
Ada juga petenis muda Denmark Holger Rune, 20 tahun. Ia merupakan mantan rekan sparring Alcaraz saat junior. Selain itu ada petenis Italia berusia 21 tahun Lorenzo Musetti. Namun, keduanya bisa dikatakan masih berusaha memaksimalkan potensinya. Mereka belum seleval Alcaraz yang dengan cepat menjadi matang dan hebat.
Selain itu ada Stefanos Tsitsipas, Daniil Medvedev, Casper Ruud, dan Andrey Rublev yang lebih senior. Namun, para petenis yang semula digadang-gadang mengisi kekosongan yang ditinggalkan 'big three' ini terlihat mulai kalah pamor oleh Alcaraz.
Juara grand slam tujuh kali, Mats Wilander, melihat dari deretan nama di atas Sinner dan Rune berpotensi jadi rival Alcaraz, meski perlu waktu dan proses. "Sinner sudah di sana, tapi Rune mungkin belum mencapai idealnya," kata dia.
Menurut Wilander, Carlos Alcaraz bisa memacu sisi kompetitif Sinner dan Rune sehingga kian mampu mencapai performa puncaknya. Persis seperti Djokovic, Nadal, dan Federer saling mempengaruhi.
REUTERS
Pilihan Editor: 6 Pemain yang Dicopot dari Posisi Kapten Tim sebelum Harry Maguire di Man United