Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Olahraga

Cerita dari Final Jujitsu PON 2024 yang Sempat Diulang

Kejadian menarik hadir di arena jujitsu PON 2024 Aceh - Sumut. Final kategori fighting kelas -77 kilogram antara Jatim dan Kaltim harus diulang.

19 September 2024 | 12.55 WIB

Final ulang jujitsan Jawa Timur Artz Brilliant Perfecto Tanujaya (kanan) melawan Muhammad Irfan Fauzi (kiri) dari Kalimantan Timur di ruang Martial Arts Arena, Kompleks Sumut Sport Center, Deli Serdang, Sumatera Utara, Rabu , 18 September 2024. ANTARA/Harianto
Perbesar
Final ulang jujitsan Jawa Timur Artz Brilliant Perfecto Tanujaya (kanan) melawan Muhammad Irfan Fauzi (kiri) dari Kalimantan Timur di ruang Martial Arts Arena, Kompleks Sumut Sport Center, Deli Serdang, Sumatera Utara, Rabu , 18 September 2024. ANTARA/Harianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kejadian menarik hadir di arena jujitsu PON 2024 Aceh - Sumut. Final kategori fighting kelas -77 kilogram antara Jawa Timur (Jatim) dan Kalimantan Timur (Kaltim) sempat diulang karena adanya protes.

Final jujitsu itu menampilkan atlet Jatim Artz Brilliant Perfecto Tanujaya melawan Muhammad Irfan Fauzi dari Kaltim di Deli Serdang, Rabu, 18 September 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Pada final pertama, Artz menang tipis atas Irfan dengan skor akhir 6-5 atas lawannya. Namun, karena adanya komplain dari tim Kalimantan Timur, maka dewan juri bersama tim Jatim dan Kaltim menyepakati untuk dilakukan pertandingan ulang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pertandingan ulang itu dilakukan guna memutuskan peraih medali emas kategori itu. Laga tanding ulang final tersebut dilakukan setelah penyerahan medali kepada para juara di tiga nomor lainnya, yakni fighting putra kelas -62 kg, fighting putri -55 kg, dan faighting putri -62 kg.

Dalam laga yang dilaksanakan di ruang Martial Arts Arena, Kompleks Sumut Sport Center, Deli Serdang, suasana cukup menegangkan, para kontingen provinsi lainnya yang hendak pulang menyempatkan menyaksikan laga tersebut.

Ketika final diulang, poin Artz sempat di bawah dari Rifan, namun saat waktu pertandingan hendak berakhir yang tersisa 2 detik, nilai Arts langsung mengungguli Irfan dengan skor 8-6. Atlet Jatim tersebut mengungguli Kaltim karena atlet Kaltim mendapat pelanggaran.

Dalam waktu yang tersisa 2 detik itu, Irfan sedang menindih Artz, namun ketika wasit meminta untuk melanjutkan kembali pertandingan, Irfan sontak berdiri dan langsung bertepuk tangan, sebagai simbol memberikan selamat kepada lawannya.

Setelah itu, Irfan nampak memberikan hormat kepada para dewan juri dan lawannya. Seusai melakukan hal itu, ia langsung keluar meninggalkan lapangan utama pertandingan. Dengan hasil itu, Artz keluar sebagai juara dengan meraih medali emas, sedangkan lawannya Muhammad Irfan Fauzi harus puas dengan medali perak.

Komentar Ofisial Kaltim

"Pertandingan tadi sangat menegangkan sekali. Ada beberapa tadi kan, bapak lihat sendirilah, apa namanya, gejolak sedikitlah. Tapi Insya Allah semua itu teratasi," kata Ofisial tim Kaltim Agung Prayoga di Deli Serdang, Rabu.

Menurutnya, hal itu merupakan sesuatu yang wajar terjadi dalam sebuah pertandingan, termasuk di ajang jujitsu. Ia pun mengaku menerima keputusan dari para dewan juri.

"Dalam sebuah pertandingan memang harus begitu, tapi karena itu sudah menjadi keputusan wasit kita harus mengikuti jalur yang ada. Tadi karena waktunya tinggal 2 detik, walaupun dipaksakan kelihatannya enggak mungkin untuk mengejar poin dari lawannya," ujar Agung.

Dia juga mengaku telah berusaha menstabilkan situasi yang ada. Tetapi dia menyadari bahwa semua itu kembali lagi ada pada dewan wasit, sehingga pihaknya tetap mengikuti jalur yang ada. "Kami tidak akan melakukan protes lanjutan karena sebelumnya kita sudah punya satu kali kesempatan untuk protes, tapi kan ditolak, karena sudah habis. Sehingga kami memutuskan untuk menyudahi pertandingan tersebut," kata Agung.

Komentar Irfan

Muhammad Irfan Fauzi menekankan bahwa kejujuran dalam pertandingan merupakan hal yang utama. Hal itu ia sampaikan seusai takluk dalam tanding ulang final jujitsu PON.

"Jujur itu yang utama, pokoknya itu," kata  Irfan ketika diminta tanggapan soal harapannya terhadap wasit dalam memimpin pertandingan terutama cabang olahraga jujistu di Deli Serdang, Kamis.

"Pertandingannya luar biasa tapi sayangnya memang, enggak bisa bicara lah. Waktu saya tanding ulang memang ada yang kurang pas, soalnya di aturan itu kalau di akhir tadi kalau nggak ada aktif itu diberdirikan lagi, bukan dikenakan pelanggaran," kata dia lagi.

Menurutnya, berdasarkan aturan yang ia pahami, ketika atlet berada di posisi yang saling tindih dan tidak ada pergerakan, seharusnya wasit menuntun atlet agar berdiri lalu mulai tendang dan pukul. Meski begitu, ia mengaku menerima apa yang telah menjadi keputusan dari dewan wasit. Dirinya mengaku tidak mampu memberikan komentar lebih mendalam.

"Aturannya harus mulai berdiri lagi mulai dari pukul tendang lagi, tapi tidak dilakukan. Tapi enggak papa sih namanya pertandingan, kan gitu," kata Irfan lagi.

Irfan pun menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Kalimantan Timur yang menggantungkan harapan kepada dirinya untuk membawa medali emas, namun ia hanya mampu menyumbangkan medali perak. "Untuk masyarakat Kaltim mohon maaf belum bisa membawa emas, biasanya membawa perak aja. Terima kasih dukungan semuanya," kata Irfan.

Komentar Pengurus Jujitsu 

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Jujitsu Indonesia (PBJI) Pusat Dedy Triharjanto mengungkapkan alasan unggulnya atlet jujitsan Jatim saat final tanding ulang melawan Katlim. "Memang tadi itu menarik, menjadi perhatian, karena menurut perhitungan wasit dan tim referee, dari pihak Kaltim terlalu lama menahan, lebih dari 20 detik," kata Dedy.

Dedy menjelaskan bahwa tim referee mencatat Kaltim menahan terlalu lama, melebihi 20 detik, yang tentunya hal itu menguntungkan atlet Jatim dalam penilaian akhir. Meskipun Kaltim sempat unggul dalam nilai, pelanggaran yang dilakukan menyebabkan penilaian berpihak kepada Jatim.

"Jadi, memang menurut ketentuannya harus mengambil move-move, gerak-gerak. Tadi terlalu pasif sehingga menguntungkan bagi lawan akhirnya," jelasnya.

Lebih lanjut Dedy mengatakan bahwa pemberian nilai terhadap pertandingan tersebut sudah sesuai dengan regulasi yang ada. "Kami baru saja tadi koordinasi, tapi itulah memang aturan, aturan yang memang yang harus dipatuhi," ucapnya.

Menurutnya, official maupun atlet harus memahami dan mempelajari regulasi-regulasi yang terbaru sehingga tidak terjadi kesalahan pemahaman terhadap aturan yang lama. Ia mengingatkan pentingnya pemahaman terhadap regulasi terbaru bagi semua official dan atlet. Kesalahan pemahaman dapat berdampak pada hasil pertandingan yang diharapkan.

"Terkadang aturan itu tidak terupdate oleh tim official ataupun atlet itu sendiri, nah inilah yang perlunya bahwa regulasi ini harus banyak dipelajari oleh banyak pihak," kata dia.

Dedy juga menyoroti perlunya edukasi agar tim official dan atlet mengikuti pembaruan aturan. Hal ini penting agar tidak terjadi kesalahpahaman yang merugikan saat pertandingan. "Sayang kalau yang menurut kacamata sendiri itu sudah benar, ternyata menurut regulasinya adalah pelanggaran," kata dia.

Sementara itu, Ketua Umum PBJI Laksamana Madya TNI (Purn) Desi Albert Mamahit menegaskan bahwa pertandingan jujitsu dilakukan dengan menjunjung tinggi sportivitas. 

"Jadi kita semuanya sepakat untuk bertanding dengan profesional, sportif, dan bukan hanya masalah menang kalah, atau menjadi juara tapi yang penting adalah persaudaraan, persahabatan dan persatuan di antara atlet atlet, terutama atlet jujitsu," kata Desi Mamahit.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus