Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Olahraga

Iga Swiatek Ditakuti Petenis Lain, Diprediksi Akan Sedominan Serena Williams

French Open menjadi saksi kecemerlangan Iga Swiatek, juga pesatnya lesatan karier petenis Polandia ini.

5 Juni 2022 | 10.05 WIB

Petenis Polandia, Iga Swiatek, mengangkat trofi French Open setelah dalam final tunggal putri mengalahkan petenis Amerika Serikat, Coco Gauff di Roland Garrod, Paris, Prancis, 4 Juni 2022. | REUTERS/YVES HERMAN
Perbesar
Petenis Polandia, Iga Swiatek, mengangkat trofi French Open setelah dalam final tunggal putri mengalahkan petenis Amerika Serikat, Coco Gauff di Roland Garrod, Paris, Prancis, 4 Juni 2022. | REUTERS/YVES HERMAN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - French Open menjadi saksi kecemerlangan Iga Swiatek, juga pesatnya lesatan karier petenis Polandia yang baru berusia 21 tahun ini.

Tatkala Swiatek tampil di Paris dua tahun silam, tak ada yang tahu siapa dia. Dia masuk arena dengan menempati posisi peringkat 54 dunia. Ia kemudian membuat semua orang terperangah karena mampu menjadi juara Prancis Terbuka 2020.

Itu gelar grand slam pertamanya. Kini, k
urang dari dua tahun kemudian, Swiatek meninggalkan arena Paris dengan status kekuatan dominan dalam tenis putri saat ini.

Dia menjadi juara untuk kedua kalinya dengan mengalahkan petenis remaja AS, Coco Gauff, di babak final French Open 2022, Sabtu, 4 Juni 2022.  Ia menang 6-1, 6-3.

Iga Swiatek, yang 
menyukai musik heavy metal, juga menjadi petenis putri kedua pada milenium ini setelah Venus Williams yang 35 kali menang berturut-turut sejak 16 Februari lalu.

Pam Shriver, mantan petenis seangkatan Chris Evert, tak kuasa menyampaikan pujian karena Swiatek telah mencapai tonggak yang dipancangkan Venus Williams yang sangat mungkin segera dia pecahkan setelah French Open ini.

"@iga_swiatek Level ini adalah yang terbesar sepanjang masa @Wta. #IGA35," cuit Shriver dalam akun Twitter-nya.

Komentator tenis NBC Maria Taylor berpandangan bahwa untuk menang berturut-turut selama itu, atlet harus kuat secara mental, tidak cuma siap fisik, selain harus berani tampil agresif. Swiatek melakukan semua yang disebut Taylor ini.

Nomor Satu

Iga Swiatek bersama trofi French Open 2022. Pool via REUTERS/Corinne Dubreuil


Swiatek yang baru pekan ini genap berusia 21 tahun kini sudah enam kali memenangkan gelar juara, termasuk empat turnamen level 1000. Dia baru dinobatkan sebagai petenis putri nomor 1 dunia awal April lalu setelah mengumpulkan poin hampir dua kali lipat dari petenis terdekat peringkatnya dari dia.

"Yang Anda lakukan dalam tur beberapa bulan terakhir ini sungguh hebat dan Anda sungguh pantas mendapatkannya," kata Gauff yang menangis saat presentasi trofi usai laga. "Semoga kita berdua bisa sering saling berhadapan lagi dalam final dan saya bisa menang dari Anda suatu hari nanti."

Kini, Iga Swiatek digadang-gadang bakal semakin besar dalam tahun-tahun kemudian. Pada dirinya, dunia tenis putri telah menemukan lagi atlet seperti Serene Williams yang pada masa jayanya begitu dominan di setiap jenis lapangan. Iga Swiatek makin terlihat seperti Serena, menjajah arena demi arena tenis.

"Saat ini dia agak mencapai level lain dibandingkan kami semua," kata Jessica Pegula yang dibenamkan Swiatek dalam perempat final. "Ya, ini agak mengerikan."

Ngeri adalah rasa umum yang dialami lawan-lawan Swiatek akhir-akhir ini sampai Naomi Osaka si juara Grand Slam empat kali tak kuasa membayangkan harus langsung menghadapi Swiatek pada babak pertama turnamen di Paris itu.

"Syukurlah itu tak terjadi," kata Osaka yang malah disingkirkan oleh petenis Amerika Serikat Amanda Anisimova pada babak pertama.

Selanjutnya: Sulit Dihadapai


Bertabur Kelebihan

Iga Swiatek adalah petenis yang sulit diladeni. Gauff merasakannya di final French Open 2022.  Lesia Tsurenko, yang menghadapinya di babak pertama, juga terlihat kengerian walau sempat mengimbangi Swiatek pada awal set pertama. Tetapi itu cuma dua gim karena setelah itu dia tak berdaya untuk menyerah 2-6, 0-6 dalam waktu 54 menit.

Swiatek hanya sekali kehilangan set ketika menghadapi petenis Cina berusia 19 tahun, Qinwen Zheng, pada babak keempat. Dia juga hanya hanya kehilangan total delapan gim kala melawan Pegula dan Daria Kasatkina, masing-masing dalam perempatfinal dan semifinal. Kedua laga ini pun cuma diselesaikan kurang dari 90 menit.

"Saya kira atletismenya sangat di luar keumuman," kata Pegula. "Saya kira pertahanannya benar-benar amat sangat bagus, mirip Ashleigh Barty baik saat menyerang maupun bertahan, mereka bisa bermain sampai sudut, menggali poin, memainkan pertahanan yang bagus sekali dan kadang kala membuat tangan Anda terlepas dari raket. Dan tahun ini saya kira dia jauh lebih ofensif lagi."


Iga Swiatek (kanan) dan Coco Gauff. REUTERS

Lawannya dalam final French Open 2022 itu, Coco Gauff, sungguh gugup. Dia kerap mati langkah, berulang kali membuat unforced error dan kesalahan ganda, selain tak cermat menempatkan bola, dan keteteran membaca ke mana Swiatek menempatkan bola.

Ketika Gauff memimpin 2-0 pada set kedua, Swiatek tak mau terlihat tertekan. Dia kelola emosinya dengan baik. Hasilnya, setelah merebut satu gim, dia merampas lima gim berikutnya tanpa bisa diinterupsi Gauff.

"Iga menghadapi situasi stres di Paris, tapi dia mengatasi tekanan papan skor dengan bermain luar biasa," kata Pam Shriver.

Swiatek pun menyamai rekor 35 menang berturut-turut Venus Williams, setelah dua hari sebelumnya menyamai rekor 34 kemenangan secara beruntun yang dibuat Serena Williams. Swiatek menyebut keberhasilannya melampaui rekor Serena sebagai hal spesial.

Penampilan bengis petenis Polandia itu tak hanya terjadi tahun ini karena pada French Open 2020 pun begitu, padahal waktu itu dia adalah petenis non unggulan.

Waktu itu pun Swiatek tak membiarkan lawan-lawannya merebut lebih dari lima gim. Unggulan kedua saat itu, Simona Halep, dibabatnya dalam waktu satu jam dengan 6-1, 6-2 pada babak keempat. Pun Sofia Kenin yang saat itu juara bertahan Australian Open, yang bertekuk lutut 6-4, 6-1 dalam partai final. Dia pun menjadi petenis Polandia pertama yang menjuarai Grand Slam.

Penampilannya yang begitu dominan menggoda legenda tenis putra John McEnroe yang kini komentator NBC berkomentar, "caranya bermain saat ini akan sulit membayangkan dia tak akan berhasil memenangkan separuh lusin Grand Slam."

Tak Mau Disebut Sempurna

Tapi Swiatek tak mau disebut sempurna. Dia justru mengaku masih harus berkembang dan malah lebih tertarik bermain konsisten sepanjang waktu.

"Saya kira perubahan terbesar dalam diri saya adalah menjadi konsisten. Saya kira inilah yang sulit dilakukan dalam tenis putri. Itulah mengapa kami (tenis putri) punya begitu banyak juara baru Grand Slam karena kami tidak sekonsisten Rafa (Nadal), Roger (Federer) dan Novak (Djokovic)," kata Swiatek seperti dikutip laman ESPN. "Itulah mengapa tujuan saya adalah menjadi konsisten."

Konsistensi itu pula yang membuat dia merasa memang pantas menyandang nomor satu dunia, bukan karena mendapatkan limpahan status itu setelah Ash Barty yang saat itu menyandang peringkat satu dunia di atas Swiatek gantung raket Maret lalu.

Swiatek awalnya tidak nyaman. Namun setelah tahu dia bisa membuktikan diri memang pantas berada di tangga teratas tenis putri dunia, dengan tak pernah kalah sampai kini, dia tak lagi tak senyaman dulu. Kini dia merasa memang pantas ada di kursi itu.

Meskipun demikian dia tak akan berhenti membuktikan diri. Kini perhatiannya tertuju kepada Wimbledon yang tahun lalu hanya bisa dia ikuti sampai babak keempat, walau pernah menjuarainya pada 2018 pada tingkat junior.

Apa yang belum dicapainya itu sangat mungkin membuatnya tertekan, namun tekanan seperti itu malah membuat dia tahu seberapa besar tantangan dan kesempatan yang dia punyai.

"Saya kini merasa lebih bebas. Saya merasa telah membuktikan diri," kata Iga Swiatek. Dan dia pun siap menaklukkan arena-arena lain.

Baca Juga: Fakta Menarik dan Lintasan Karier Iga Swiatek

Selalu 
update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus