Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Special Olympics World Games 2019 ditutup secara resmi di Zayed Sports City Stadium, Abu Dhabi, Kamis (21/3), dan Kontingen Special Olympics Indonesia membawa pulang total 21 medali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jumlah tersebut terdiri dari 11 medali emas, 6 medali perak, 4 medali perunggu, serta total tujuh ribbon. Jumlah ini melebihi target yang dipatok Wakil Ketua Delegasi bidang teknis, Mustara Musa, sebelum berangkat menuju Abu Dhabi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Atletik menyumbang medali emas terbanyak dengan empat medali emas dan empat medali perak, disusul oleh bulutangkis dengan tiga medali emas. Renang menyumbang dua medali emas dan satu perunggu, sementara tenis meja dan futsal putri menambah masing-masing satu medali emas.
Menurut Mustara, hasil ini adalah bagian dari pertanggung jawaban dari pembinaan yang dilakukan sepanjang tahun oleh Special Olympics Indonesia, SOIna, yang intinya memberi kesempatan pada para atlet Special Olympics untuk berlatih sepanjang tahun.
“Tapi, di tahun ini memang menurut saya kita mendapat kuota yang tidak terlalu menguntungkan karena banyak cabang beregu yang diundang, sementara nomor perorangan sedikit. Ini akan jadi evaluasi SOIna dalam pelaporan ke Special Olympics International. Kami harus melapor ke SOI melalui sensus pembinaan sepanjang tahun, pembinaan apa saja yang sudah kami lakukan, kompetisi baik nasional maupun daerah, dan juga single event ataupun multi event,” kata Mustara.
Dia juga mengakui bahwa pembinaan olahraga Special Olympics di Indonesia masih belum merata dan masih terfokus di kota-kota besar saja.
“Tapi, ini tantangan buat SOIna dan juga kementerian yang membawahi kami, termasuk kemenpora dan juga kemensos, karena penyandang disabilitas adalah warga binaan khusus kemensos. Selain itu, terkait dengan perguruan tinggi karena ada mata kuliah Pendidikan olahraga adaptif dan juga olahraga adaptif itu sendiri,” ujar Mustara lagi.
Special Olympics World Games berbeda dibandingkan dengan gelaran multisport lainnya. Atlet akan dibagi sesuai gender, usia, dan kemampuan dalam divisioning.
Tak hanya itu, selain medali emas, perak, dan perunggu, peserta di luar tiga besar juga tetap mendapat medali tanda partisipasi. Special Olympics International juga menggelar kompetisi unified sebagai bagian dari inklusi.
Partisipasi di World Games bisa menjadi parameter kepedulian sebuah negara terhadap para penyandang disabilitas intelektual.
“Jika dilihat secara struktur, kepedulian negara dalam hal ini pemerintah terhadap penyandang disablitas sudah ada lewat undang-undang. Jadi sekarang tinggal direalisasikan. Dengan populasi yang sangat besar, penyandang disabilitas seharusnya jadi bagian dari perhatian pemerintah, karena SOI sangat memandang Indonesia, yang memiliki populasi yang besar," kata Mustara.
"Special Olympics adalah salah satu cara untuk menunjukkan pada dunia bahwa negara memiliki kepedulian terhadapi penyandang disabilitas, khususnya intelektual,” ucap Mustara lagi.
Kontingen SOIna meninggalkan Abu Dhabi pada Jumat (22/3) lagi dan tiba di tanah air pada malam harinya.
Kontingen Special Olympics Indonesia mengirimkan 68 atlet, yang terdiri dari 54 atlet dan 14 unified partner, ke Special Olympics World Summer Games di Abu Dhabi, pada 14-21 Maret 2019.