Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PEREBUTAN juara kelas welter ringan nasional antara Sperling
Pangaribuan dan Solikin dilakukan dengan sistem penilaian baru.
Begitu gong ronde pertama berakhir, beberapa detik kemudian juri
mengumumkan skor pertandingan.
Pengumuman hasil pertandingan pada tiap ronde itu memang
termasuk dalam kontrak kedua petinju. Tapi akibatnya buat
Sperling cukup parah. Ia diteror oleh sorak sorai penonton yang
memadati Gedung Olahraga Pulosari, Malang, 8 Februari malam.
Apalagi sejak ronde pertama sampai terakhir dari 12 ronde yang
dipertandingkan, tidak satu pun angka kemenangan untuknya.
Sperling, 35 tahun, juara bertahan kelihatan kecewa dengan hasil
penilaian juri. "Masak satu ronde pun saya tidak menang,"
gerutunya. Penilaian juri untuk empat ronde berakhir seri, dan
selebihnya kemenangan untuk Solikin.
Kondisi fisik Sperling memang kurang fit dibanding Solikin.
Sejak ronde ke-5 ia sudah terlihat banyak bertahan daripada
memukul. Sehingga menguntungkan lawan.
"Kelemahan lain dari Sperling adalah karena ia tidak berusaha
mengubah cara bertanding," ujar wasit Suyadi. Sejak ronde
pertama sampai terakhir, ia memang menampilkan pukulan jarak
jauh saja.
Sebaliknya Solikin, 23 tahun, yang berlatih dengan Thomas
Americo. Malam itu ia tampil dengan kondisi prima. "Hanya berkat
pengalaman Sperling mampu bertahan 12 ronde," lanjut Suadi.
Untuk pertandingan perebutan gelar kali ini Sperling hanya
berlatih intensif 12 hari. "Kalau persiapannya lebih panjang
mungkin ia bisa jadi pemenang," kata Suyadi. Kekurangan lain
diakui Sperling, bahwa ia belum pernah melihat lawannya
bertanding. Solikin berlatih intensif dua bulan dan mempelajari
pertandingan Sperling melalui video.
Promotor Tommy Djorghie bertekad melangsungkan pertandingan
ulang antara Sperling dengan Solikin. Ia tak percaya anak
asuhannya kalah mutlak. "Saya bukan orang baru di tinju," kata
Djorghie. "Berapa pun kemajuan Solikin, tak mungkin ia menang
mutlak atas Sperling."
Djorghie mencurigai ada permainan juri dalam menilai
pertandingan di Malang itu. Ia melengkapi contoh dengan
kekalahan petinju asuhannya yang lain Leman dari Kid Kasan, yang
baru muncul. "Ini apa-apaan," katanya. Kid adalah seperti juga
Solikin petinju dari Sasana Gajayana, Malang.
Pertandingan ulang antara Sperling melawan Solikin dan Leman
melawan Kid direncanakannya Maret. Tempatnya di mana saja. Asal
jangan di Malang. "Kalau bisa di Jakarta," kata sang promotor.
Ia yakin dalam pertandingan ulang, Sperling dan Leman dari
sasana New Waringin akan menang.
Harsono, manajer Solikin dan Kid tak keberatan dengan
pertandingan ulang. "Asal bayarannya cocok," katanya. Ia minta
bayaran untuk Solikin sebesar Rp 5 juta. "Jumlah yang logis.
Sebab ia juara. "Dalam pertandingan lalu Solikin dibayar Rp
300.000 dan Sperling Rp 1 juta.
Djorghie tampak keberatan memenuhi permintaan tersebut.
Sementara itu Sperling sudah berniat untuk menggantungkan
sarung tinju.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo