Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Merebut pemain merebut pasar

Pemecatan hermawan susanto, 17, oleh por djarum berkaitan erat dengan persaingan bisnis antara produsen alat olah raga yonex, jepang dan pro kennex, taiwan. (or)

9 Februari 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELAIN pertimbangan "melanggar ketentuan klub", pemecatan Hermawan Susanto oleh POR Djarum, secara tidak langsung, sebenarnya berkaitan erat dengan menghangatnya persaingan bisnis. Yakni, antara dua produsen alat-alat olah raga: Yonex, Jepang, dan Pro Kennex, Taiwam "Keduanya sama-sama mengincar pasar yang kini menganga lebar di lapangan, tenis dan bulu tangkis di Indonesia," kata seorang pedagang alat-alat sport di Pasar Baru, Jakarta. Ia memperkirakan, untuk raket saja, misalnya, para produsen setiap tahun sedikitnya bisa menjual 700.000 buah. Jika harga sebuah raket pukul rata Rp 20.000 - harga raket Yonex paling murah Rp 12.000 dan paling mahal bisa mencapai Rp 40.000 maka di situ berputar uang sekitar Rp 14 milyar setahun. "Belum lagi kaus, sepatu atau peralatan tambahan lain, seperti senar, sarung raket atau juga cock," tambah pedagang itu. Khusus raket badminton, sekitar 90% dari total penjualan dikuasai Yonex, yang sejak tahun lalu keagenannya di sini dipegang Rudy Hartono lewat perusahaannya PT Sunrise Sporta Indonesia Sisanya terbagi dalam beberapa merk. Kawasaki (Jepang), Carlton (Inggris), Supra dan beberapa merk lain (buatan dalam negeri), serta Pro Kennex, mulai awal 1980. Perusahaan yang bcrkantor pusat di Tai Chung, Taiwan ini rupanya berambisi merebut pasar yang sejak awal 1970-an dikuasai Yonex. Tak hanya di Indonesia, tapi juga di Eropa, terutama Denmark. Perusahaan yang didirikan Kunnan Lo, pada 1956 itu, kini tercatat bagus pemasarannya terutama di AS. Dalam skala dunia, berhasil. Yakni, ketika bisa mendapatkan persetujuan Federasi Bulu Tangkis Internasional (IBF) untuk menjadi penyelenggara alias sponsor sirkuit bulu tangkis berhadiah uang: Sirkuit Bulu Tangkis Pro Kennex. Sirkuit setahun seckali ini mulai berlangsung pada 1982. Di Indonesia, langkah untuk merebut pasar mereka usahakan dengan mengajak PT Djarum Kudus bekerja sama. Langkah ini dinilai "amat brilyan" oleh para pedagang alat-alat olah raga. Sebab, selain memiliki klub bulu tangkis dengan pcmain kelas dunia, Djarum juga dikenal sebagai perusahaan rokok kretek yang memiliki jaringan pemasaran luas di Indonesia. Begitulah, kerja sama kedua perusahaan ini dilaksanakan sejak September 1984 lewat pendirian perusahaan baru: PT Pro Kennex Indonesia. Melalui perusahaan yang jadi agen pemasaran itulah Pro Kennex bergerak. Tahap pertama, adalah dengan promosi yang dilakukan dengan memanfaatkan tangan para jago bulu tangkis. Mereka itu dikontrak 1-3 tahun untuk memakai, misalnya, raket Pro Kennex. Di Indonesia, Yonex sudah memulai cara-cara itu sejak pertama masuk pasar awal 1970-an itu. Kini pun mereka masih mengontrak Lim Swie King, Christian Hadinata, Icuk Sugiarto, dan sejumlah pemain lainnya. Untuk itu, setiap tahun, menurut Rudy Hartono, perusahaan milik Mr. Yoneyama ini menghabiskan dana Rp 100 juta lebih. Jumlah yang hampir sama juga dikeluarkan Pro Kennex untuk maksud serupa. Antara lain, kini mereka mengikat Hastomo Arbi, Ivanna Lie, Kartono, dan beberapa pemain lain dengan kontrak. Dan itu, pada akhirnya, terungkap lewat kasus pemecatan Hermawan Susanto. Ia sebelumnya sudah ditawari kontrak oleh Pro Kennex, lewat klubnya, bayaran Rp 12 juta untuk tiga tahun. Namun, keponakan Liem Swie King ini menolak tawaran itu. Ia memilih Yonex yang sejak kecil dipakainya, dan yang kemudian ternyata membayarnya dengan bayaran lebih tinggi: Rp 15 juta. "Selisihnya sama sekali tak begitu besar. Karena itu, kami menyesalkan Hermawan dan ayahnya melupakan Djarum untuk uang yang tak begitu besar," kata Aris Santo, ketua PB Djarum.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus