Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Mimpi Industri Bola Di Piala Presiden

Piala Presiden memantik gairah baru di tengah kegaduhan sepak bola Tanah Air. Menerapkan sistem match fee.

28 September 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SPANDUK bertulisan "Bakso Pagolo" tampil mencolok di tepi Jalan Cendrawasih, depan Sekolah Menengah Atas Katolik Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad pekan lalu. Huruf balok O dalam spanduk berwarna hijau itu diubah menyerupai gambar bola, mengikuti arti "Pagolo"-sebutan bahasa Makassar untuk "pemain sepak bola".

Di tepi kain sepanjang tiga meter itu terpajang gambar seorang pemain sepak bola yang tengah menggocek bola. Dia adalah Zulkifli Syukur, kapten Mitra Kukar. Zul-demikian pria kelahiran Makassar 31 tahun lalu itu disapa-memasang spanduk tersebut di depan warung baksonya yang beroperasi sejak awal Agustus lalu.

Usaha bola daging itu menjadi "pelampiasan" Zulkifli lantaran Naga Mekes-julukan untuk Mitra Kukar-bubar akibat matinya kompetisi QNB League, liga pengganti Indonesia Super League (ISL). Di atas lapak seukuran lapangan bulu tangkis yang disewanya Rp 2,5 juta per bulan itu, mantan pemain tim nasional ini bersama sang istri, Sumarni, berusaha menghidupi kedua buah hatinya. "Saya buka usaha ini karena tidak punya kegiatan lagi," kata Zul saat ditemui di tempat usahanya, Ahad dua pekan lalu.

Zulkifli bukan satu-satunya pemain yang memilih banting setir lantaran dunia sepak bola berhenti berdetak. Tercatat tiga pemain Persib Bandung melakukan hal serupa, seperti Tony Sucipto, yang membuat bus kuliner bernama Street Gourmet di Bandung; Rudiyana, yang berbisnis alat pancing di Jalan Kelurahan Mengger, Bandung; dan Dedi Kusnandar, yang merintis usaha kafe bernama Dado de Ceker & Wings di Jalan Ciseke Besar Nomor 42, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, sejak 4 September.

Kafe yang menjadikan ceker dan sayap ayam sebagai menu utama itu dibangun setelah Dedi mencairkan tabungannya. "Saya lihat dulu perkembangan usahanya. Kalau bagus, saya buka cabang di kota lain," ujar pemain berusia 24 tahun itu, Rabu pekan lalu. "Tapi saya berharap sepak bola tetap menjadi mata pencarian nomor satu," katanya.?

Nasib para pemain yang berlaga di kasta tertinggi liga Indonesia itu memang terombang-ambing akibat pembekuan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga pada 18 April lalu. Kondisi semakin buruk setelah induk sepak bola dunia (FIFA) menghukum PSSI sebulan kemudian.

Gairah sepak bola Tanah Air mulai menggeliat lagi setelah Piala Presiden digelar pada 30 Agustus lalu. Turnamen besutan Mahaka Sports, anak usaha Mahaka Group milik Presiden Inter Milan Erick Thohir, itu muncul dengan iming-iming hadiah yang menggiurkan: juara pertama Rp 3 miliar, juara kedua Rp 2 miliar, dan juara ketiga Rp 1 miliar. Mereka juga mengikuti gaya Liga Champions, liga klub-klub Eropa, dengan memberi match fee atau imbalan pertandingan.

Lolos di babak penyisihan, klub langsung disuntik Rp 500 juta ditambah Rp 100 juta untuk uang transportasi dan perempat final 250 juta plus Rp 100 juta uang transportasi. Di semifinal, klub yang kalah sudah dipastikan mendapat Rp 500 juta lantaran juara keempat. Tuan rumah grup tak kalah untung, karena mendapat Rp 500 juta dan subsidi Rp 350 juta untuk menjamu tim yang bakal berlaga. Keuntungan tiket penonton pun langsung masuk ke rekening mereka.

Mahaka juga meniru pemberian hadiah atas rating klub di televisi ala Liga Inggris. Klub dengan rating tertinggi selama turnamen mendapat Rp 500 juta dan terendah Rp 75 juta.

Mulanya muncul gelombang pesimisme dari klub lantaran turnamen diyakini sulit berjalan di tengah kisruh sepak bola. Namun akhirnya, dari 18 klub Liga Super, hanya 4 klub yang emoh ikut, yakni Persipura Jayapura, Semen Padang, Barito Putra, dan Persiram Raja Ampat. Posisi keempat tim itu diisi klub dari Divisi Utama, yakni Martapura FC, PSGC Ciamis, dan Persita Tangerang. Semua peserta Piala Presiden itu dibagi ke dalam empat grup.

Janji Mahaka memberi match fee seusai babak penyisihan ternyata bukan isapan jempol. Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), yang memantau kompetisi itu, menyatakan match fee diberikan sesuai dengan kesepakatan. "Kami tahu dari hasil wawancara kami dengan klub-klub," ucap Heru Nugroho, Sekretaris Jenderal BOPI, pada Ahad pekan lalu.

Sumirlan, Direktur Teknik PSM Makassar, juga membenarkan bahwa penyelenggara turnamen telah melunasi match fee tersebut. Juku Eja-julukan PSM Makassar-juga telah menerima duit tambahan sebagai tuan rumah. PSM tinggal menunggu lagi imbalan pertandingan dari laga delapan besar yang kini sedang berlangsung.

Bukan cuma klub yang senang. Para pemain yang semula telah banting setir pun kembali balik badan. Zulkifli Syukur dan Dedi Kusnandar, misalnya, kini kembali memperkuat klub masing-masing. Meski masih waswas, kata Dedi, "Saya berpikir positif. Mudah-mudahan turnamen ini bisa jadi pemicu lahirnya kompetisi."

***

DI Piala Presiden, Mahaka membuat peraturan tegas. Mereka mendenda klub Rp 100 juta bila terlibat pemukulan wasit. Demikian pula bila para pemain terlibat adu bogem, tiap klub didenda Rp 50 juta. "Sanksi seperti ini belum pernah diterapkan dalam sepak bola kita," ucap Gatot S. Dewa Broto, juru bicara Kementerian Pemuda dan Olahraga, saat dihubungi Rabu pekan lalu.

Uang denda itu diambil dari sebagian match fee babak penyisihan, yaitu Rp 200 juta, yang ditahan sebagai jaminan pembayaran denda. "Saya persilakan pukul wasit, saya juga butuh duit itu kembali," ujar Hasani Abdulgani, Direktur Utama Mahaka Sports, berseloroh saat ditemui di kantornya di Jalan Cibeber, Jakarta Selatan, Selasa pekan lalu.

Posisi wasit yang kerap menjadi sumber kecurigaan pun menjadi perhatian. Strategi mereka cukup jitu, yakni menunjuk perangkat pertandingan tersebut menjelang laga digelar. Heru Nugroho mengatakan strategi penunjukan wasit dibuat dalam kesepakatan antara lembaganya dan penyelenggara. Harapannya mencegah wasit "masuk angin" dengan sistem pemilihan dadakan. "Kesepakatan ini harus dijaga sampai akhir," katanya.

Demikian pula pengelolaan keuangan. Ketua?Steering Committee Piala Presiden,?Maruarar?Sirait, mengatakan sengaja menggandeng PricewaterhouseCoopers (PwC), auditor kelas dunia, untuk menciptakan transparansi keuangan turnamen. Menurut politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu, keterbukaan akan melahirkan kepercayaan semua pihak dan menumbuhkan kembali prestasi sepak bola Tanah Air. "Transparansi itu bukan hanya retorika, tapi juga harus terklarifikasi," ujar Maruarar, Selasa pekan lalu.

Tapi turnamen itu tercederai oleh kasus logo PSSI. Tim Transisi Kementerian Pemuda dan Olahraga, organisasi yang dibentuk menggantikan peran PSSI, menyemprit Mahaka lantaran menemukan logo PSSI di kaus wasit. Mahaka dianggap menyalahi kesepakatan dengan Tim Transisi dan BOPI karena membiarkan atribut PSSI dipakai.

Hasani beralasan atribut itu milik Asosiasi Provinsi PSSI, asal para wasit, yang tak bisa disalahkan karena Asosiasi Provinsi tak ikut mendapat sanksi Kementerian Olahraga.

Bukan cuma Tim Transisi, PSSI ikut pun meradang. Organisasi yang dibekukan pemerintah itu justru mempersoalkan larangan memakai atribut PSSI. Direktur Hukum PSSI Aristo Pangaribuan mengatakan wasit Piala Presiden wajar menggunakan logo organisasi karena mereka berasal dari PSSI. "Kami jadi bertanya-tanya, mau main bola atau kuat-kuatan organisasi?" kata Aristo, yang dihubungi Rabu pekan lalu.

PSSI menyatakan kecewa telah merekomendasikan Mahaka menyelenggarakan turnamen. Mereka menilai tujuan menjadikan turnamen sebagai ajang rekonsiliasi dengan pemerintah tak terwujud. Hasani menanggapi dingin sikap PSSI itu. Dia memilih tak ingin terseret kehendak setiap pihak.

Di luar kelemahan yang muncul, Gatot Dewa Broto menilai kehadiran Piala Presiden dan Piala Kemerdekaan-turnamen setingkat Divisi Utama yang dibuat Tim Transisi-telah mengobati kerinduan masyarakat terhadap sepak bola Indonesia. Ia pun berharap turnamen tersebut bisa menjadi model terbentuknya industri sepak bola Indonesia kelak.

***

Di Jalan Cendrawasih, Makassar, Zulkifli Syukur, yang sudah kembali bertanding, tampak bungah. Ia mengatakan kini telah mengangkat dua pegawai untuk menjaga warung baksonya. "Sekarang saatnya saya berfokus bermain," ucapnya.

Adapun Dedi Kusnandar memberi tanggung jawab kepada sang kakak untuk mengelola kafenya. Kafe Dedi kini menjadi kafe langganan para pendukung Persib.

Tri Suharman, Didit Hariyadi (makassar), Gagah Nurjanuar Putra (bandung)


Tertolong Sokongan Istana

PEMANDU acara memanggil para perwakilan sponsor Piala Presiden ke atas podium Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Jumat dua pekan lalu. Mereka mendapat kehormatan mengocok undian delapan besar Piala Presiden.

Keberadaan sponsor itu mengkonfirmasi pernyataan Mahaka Sports, penggerak Piala Presiden, bahwa turnamen tidak bermodal cekak. Pendiri Mahaka, Erick Thohir, sebelumnya sesumbar menyebutkan modal turnamen mencapai Rp 40 miliar. "Kalau cash flow tidak cukup, kami bisa diserang media," kata Hasani Abdulgani, Direktur Utama Mahaka Sports.

Mendapatkan sponsor bukanlah perkara mudah bagi Mahaka, yang belum punya rekam jejak di kompetisi sepak bola nasional. Apalagi turnamen ini hadir di tengah situasi yang gawat: sepak bola kacau akibat pembekuan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia.

Niat Mahaka, menurut Hasani, mulanya hanya mengegolkan mimpi menjadi promotor sepak bola. Maklum, situasi yang buruk membawa keuntungan tersendiri karena Mahaka bisa melenggang tanpa pesaing menggelar turnamen. "Tiga tahun kami ingin mengelola kompetisi sepak bola, tapi kami kalah bersaing," ujarnya.

Seperti diperkirakan, Hasani langsung dihadang banyak masalah pelik, dari keraguan klub, rekomendasi izin dari Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), hingga meyakinkan sponsor. Sulitnya menembus kendala tersebut sempat membuat Mahaka hendak urung menggelar turnamen. "Kami berniat mundur pada Idul Fitri (16 Juli) lalu," katanya.

Harapan mereka terbuka setelah berhasil menembus akses ke Presiden Joko Widodo melalui Maruarar Sirait, politikus PDI Perjuangan, yang kemudian didapuk menjadi Ketua Steering Committee Piala Presiden. Maruarar membenarkan adanya pertemuan dengan Presiden untuk membicarakan turnamen tersebut pada 18 Juli. "Beliau mengatakan silakan jalan," ujarnya.

Hasani menyatakan Mahaka ketiban untung atas dukungan Presiden itu. Tanpa kendala, sembilan sponsor menyatakan bersedia bekerja sama. Total uang yang digelontorkan mencapai Rp 40 miliar--sesuai dengan jumlah yang disebut Erick Thohir.

Dari segi perizinan, mereka juga mengantongi rekomendasi izin dari BOPI pada 20 Agustus. Padahal Hasani sempat bolak-balik dua kali ke lembaga tersebut lantaran diminta melengkapi bermacam surat. Begitu pula kepolisian, yang menerbitkan izin keramaian turnamen.

Kepala Kantor Kepresidenan Teten Masduki mengatakan dukungan Presiden Jokowi tak lepas dari harapan pemerintah agar klub tak mati akibat pembekuan PSSI, para pemain dan wasit kembali berpenghasilan, serta masyarakat mendapat tontonan. "Dan ternyata, tanpa PSSI, Piala Presiden dan Kemerdekaan bisa diselenggarakan dengan baik," ujar Teten, Rabu pekan lalu.

Tri Suharman, Reza Aditya Ramadhan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus