Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PSSI akhirnya bersikap: Persebaya dihukum. Kesebelasan Kota Pahlawan itu tidak boleh bermain di kandang sendiri selama tiga bulan, terhitung sejak 12 Februari lalu. ''Kami mencoba memberikan peringatan supaya di kemudian hari penonton tidak bertindak lebih buruk,'' kata Amran Y.S., anggota Komisi Disiplin PSSI. Hukuman yang dijatuhkan Komisi Disiplin PSSI lewat sidang Jumat malam pekan lalu itu adalah buntut kericuhan di Stadion Gelora 10 November, Tambaksari, Surabaya. Waktu itu, 2 Februari, Persebaya bertarung melawan Persib di babak penyisihan Piala HPN (Hari Pers Nasional). Baru 16 menit pertandingan, Persebaya sudah bobol 2-0. Pada menit ke-52, Persebaya, yang sebagian besar pemainnya berusia 21 tahun, kebobolan lagi. Saat itulah penonton marah. Ribuan suporter tumpek blek ke lapangan. Papan reklame dijebol. Bahkan kedua gawang dicopot dan diangkut ke tengah lapangan. Petugas keamanan tidak bisa mencegah aksi brutal ini. Pertandingan pun dihentikan. Ketua Harian Persebaya, Kolonel Soetarto S.K., menyayangkan hukuman ini. ''Itu keputusan yang lucu, nyeleneh, dan tidak mendidik,'' kata Soetarto kepada Edy Hafidl dari TEMPO. Kalau mau mendidik, katanya, jatuhkan saja hukuman kepada Kota Surabaya, bukan kepada Persebaya. Pertimbangannya, Persebaya hanyalah pihak yang diundang. ''Kalau mau fair, seharusnya pihak penyelenggara juga diberi sanksi karena mereka juga turut bertanggung jawab,'' kata Soetarto. Alasannya, penyelenggara kurang cermat memprediksi yang bakal terjadi. Sebelumnya, Soetarto mengaku sudah mengajukan 700 orang personel untuk mengamankan pertandingan. Ternyata penyelenggara hanya setuju dengan 400 orang petugas. Kini skorsing sudah jatuh. Hukuman itu diharapkan menumbuhkan sportivitas ''arek-arek Suroboyo'', yang mulai tererosi. Tapi adakah Persebaya menerima skorsing itu? Nanti dulu. Selasa pekan ini pengurus Persebaya akan rapat pleno. Soetarto bahkan menganggap hukuman itu sebagai putusan setengah-setengah. Maksudnya, dalam tiga bulan ini Persebaya memang tak punya kegiatan apa-apa. Jadi, ''Apa sih maunya PSSI?'' tanya Soetarto, yang sehari-harinya Danrem 084 Bhaskara Jaya Surabaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo