Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Phoenix Suns berhasil mengamankan tiket ke babak playoff NBA, Rabu, 28 April 2021, berkat kemenangan atas Los Angeles Clippers. Ada peran besar Chris Paul di balik keberhasilan untuk melaju pertama kalinya dalam satu dekade itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Chris Paul, yang berjulukan Point God, sudah tak muda lagi. Ia sudah menginjak 35 tahun. Tapi, pengaruhnya masih begitu besar untuk Suns.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Paul, yang lahir di Winston-Salem, California Utara, mengawali kariernya bersama West Forsyth di California. Ia kemudian bermain untuk Universitas Wake Forest pada tahun (2003-2005). Selama kuliah, permainannya menonjol: rata-rata menyumbang 15 poin, 4,5 rebound, 6,6 assist, dan 2,4 steal per game.
Penampilan gemilangnya itu membuatnya masuk urutan empat draft NBA tahun 2005. Ia di-draft New Orleans Hornets.
Musim pertamanya di NBA tak mengecewakan. Paul memainkan 78 pertandingan, dengan rataan cukup tinggi untuk seorang rookie, yakni 16,1 poin, 5,1 rebound, 7,8 assist, dan 2,2 steal.
Pencapaiannya itu membuatnya terpilih menjadi Rookie Of The Year (gelar pendatang baru terbaik), mengalahkan bintang lainnya termasuk Deron Williams dan Andrew Bogut.
Padamusim keduanya (2006/2007) bersama Hornets, Paul berhasil mencapai playoff pertamanya sebagai pemain NBA. Ia dan timnya berhasil mengalahkan Dallas Mavericks yang diperkuat Dirk Nowitzki dengan skor 4-1. Namun, mereka kalah pada babak kedua melawan tim kuat saat itu, San Antonio Spurs.
Selanjutnya: Konflik dengan Manajemen
Di musim selanjutnya Paul kembali berhasil menembus playoff. Namun itu menjadi playoff terakhir Paul bersama Hornets. Hornets tidak pernah lagi melaju ke babak playoff. Kondisi itu berbarengan dengan cedera yang mengganggu karier Paul.
Posisi Paul di Hornets mulai bermasalah setelah pelatih Byron Scott dipecat. Pemecatan tersebut memicu kemarahan Paul kepada petinggu klub. Ia pun memitna untuk di-trade (dipindahkan) ke tim lain.
Mengetahui kondisi tersebut, banyak tim besar berlomba mendatapkan jasa Chris Paul. Pada 2011, hampir terjadi sebuah trade besar melibatkan Los Angeles Lakers, Houston Rockets, dan Hornets. Namun sebelum trade itu terjadi, komisaris NBA saat itu, David Stern, melarangnya. Alasan dari Stern sendiri adalah mengantisipasi rusaknya peta kekuatan yang ada di NBA masa itu. Karena seperti yang di ketahui, Lakers memiliki Kobe Bryant yang sedang dalam masa terbaiknya.
Akhirnya Paul dilepas ke Los Angeles lainnya, yaitu Los Angeles Clippers. Paul bermain bersama Clippers selama enam musim (2011-2017). Bersama Clippers, ia memainkan aksi basket yang menarik. Orang-orang menyebutnya “Lob City” (melambungkan bola, dan diakhiri dengan dunk). Saat itu permainan Paul didukung dua pemain berbadan besar, Blake Griffin dan Deandre Jordan.
Pengaruh Paul untuk Los Angeles Clippers masa itu sangat besar, ia mampu membawa Clippers melaju ke babak playoff setiap tahunnya. Sebelum kedatangan Paul, Clippers hanyalah sebuah tim yang sering berkutat di papan tengah klasemen NBA wilayah barat.
Di akhir musimnya bersama Clippers (2016/2017) Paul memilih untuk tidak memperpanjang kontraknya. Ia kemudian bergabung dengan Houston Rockets. Kepindahan Paul menuju Rockets membuat orang berfikir bawah Rockets akan menjadi penantang kuat bagi Golden State Warrior yang memiliki dominasi kuat saat itu.
Namun selama dua musim bermain bersama Rockets, Paul tidak berhasil mendapatkan cincin juaranya. Meskipun ia bermain bersama MVP musim 2017/2018, James Harden.
Setelah gagal juara bersama Rockets, Paul di-trade ke Oklahoma City Thunder antara pertukaran Paul dan Russel Westbrook. Bersama Thunder, Paul bermain bersama pemain-pemain muda seperti Luguentz Dort, dan Shai Gilgeous Alexander.
Meskipun bermain dengan tim tanpa bintang Paul tetap mampu menunjukkan tajinya. Ia tetap mampu membawa timnya melaju ke Playoff musim 2019/2020, dengan rekor 44 kemenangan dan 28 kekalahan. Di babak playoff Thunder harus tersingkir dari Rockets dengan skor 4-3.
Selanjutnya: Jadi Kunci Phoenix Suns
Hanya satu musim bersama Thunder, Paul kembali pindah. Kali ini ia berlabuh di Phoenix Suns, sebuah tim yang hanya di isi pemain muda seperti Thunder.
Bersama Suns pada musim 2020/2021 ini, Paul mendapatkan musim yang lebih baik dari sebelumnya. Ia mampu membuat Suns, yang sebelumnya merupakan tim yang selalu berada di papan bawah, bersaing di papan tasa wilayah barat.
Suns berhasil mengamankan tiket playoff ketika musim reguler belum usai. Saat ini Suns berada di peringkat kedua dengan rekor 44 kemenangan dan 18 kekalahan. Musim ini Paul memiliki rataan per game 16,2 poin, 4,6 rebound, dan 8,7 assist.
Kehebatan dan pengalaman Paul suah mampu membantu Suns merasakan tiket playoff yang sudah satu dekade tak mereka kecap. Namun, ambisi utama pemain itu belum kesampaian. Chris Paul belum pernah mencapai final NBA sepanjang kariernya, apalagi merasakan gelar juara.
Apakah ambisi itu bisa tercapai di musim ini? Sangat menarik untuk dinantikan jawabannya di akhir musim ini.
Torehan Chris Paul di NBA:
10 kali NBA All-Star (2008–2016, 2020)
NBA All-Star Game MVP (2013)
4 kali All-NBA First Team (2008, 2012–2014)
4 kali All-NBA Second Team (2009, 2015, 2016, 2020)
All-NBA Third Team (2011)
7 kali NBA All-Defensive First Team (2009, 2012–2017)
2 kali NBA All-Defensive Second Team (2008, 2011)
NBA Rookie of the Year (2006)
NBA All-Rookie First Team (2006)
4 kali NBA assists leader (2008, 2009, 2014, 2015)
6 kali NBA steals leader (2008, 2009, 2011–2014).
JACKBIO | THEFRANCHISEOK | ANGGIE RIZKI GOVALDI
Baca Juga: Simak Hasil Pertadingan yang Meloloskan Phoenix Suns ke Playoff NBA