Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HARI masih pagi, sekitar pukul setengah delapan. Langit di atas padepokan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) di Cipayung, Jakarta Timur, tampak mendung. Kendati udara tidak terlalu panas, pagi itu Andrianti Firdasari, 18 tahun, sudah bermandikan keringat. Dia terengah-engah meladeni permainan cepat lawannya, Anggun Nugroho, pebulu-tangkis putra yang jadi spesialis ganda campuran. Sebuah bola lob dilontarkan Anggun, yang kemudian disusul dengan drop shot di pojok lapangan, memaksa Firda menyerah 15-8. Dia lalu buru-buru menyingkir ke pinggir lapangan sambil mengelap keringat yang membasahi tubuhnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo