Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Sudirman masih di sini

Indonesia sukses merebut piala sudirman dalam kejuaraan dunia bulu tangkis beregu campuran di jakarta. susi susanti, 19, menyelamatkan kubu indonesia setelah menundukkan pemain kor-sel, lee young-suk.

3 Juni 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

REGU Indonesia nyaris gagal merebut Piala Sudirman. Di final Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Beregu Campuran, di Istora Senayan, Jakarta, Ahad lalu, Susi Susanti dkk. sempat tertinggal 0-2 dari Korea Selatan. Susi, yang turun di partai ketiga tunggal putri, sempat membuat 2.000 penonton -- ada Menpora Ir. Akbar Tandjung dan Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Try Sutrisno -- berdebar penuh harap. Nasib regu Indonesia berada di tangannya. Untunglah, Susi bermental baja. Di set pertama ia sempat kewalahan menghadapi smes-smes pemain muda Kor-Sel, Lee Young-Suk. Namun, lob kiri-kanannya mampu meredam serbuan itu. Juara dunia yunior 1987 dan 1988 ini memimpin 10-7. Tapi Susi tidak mampu menyudahi set pertama. Lee menyamakan 10-10 dan menyelesaikan set ini dengan 12-10. Set kedua tak banyak perubahan, Lee langsung memimpin 4-0. Melalui beberapa kali pergantian serve, Lee terus memimpin dan meninggalkan Susi dengan 7-10. Hanya satu angka untuk Lee, maka kaburlah Piala Sudirman. Namun, Lee, finalis All England 1988, mulai kehabisan tenaga. Di tengah hiruk-pikuk penonton yang membela Susi, Lee kehilangan kontrol. Susi mengejar dan, ya Tuhan set kedua ini dimenangkannya dengan 12-10. Lee frustrasi. Lee menangis. Lee letih. Ia masuk kelapangan di set ketiga dengan berderai air mata. Susi menghabiskan riwayat Lee hanya dalam waktu 6 menit: 11-0. Selamatlah regu Indonesia. Ini kemenangan kedua bagi Susi atas Lee Young-Suk dari tiga kali pertemuannya. Di babak semifinal, Lee ditundukkan Susi juga dengan rubber set 3-11, 11-7, dan 12-11. Partai keempat tunggal putra, Eddy Kurniawan, sudah diduga bakal menang. Ia mempecundangi Sung Han-Kuk dengan 15-4 dan 15-3. Partai penentuan ganda campuran, nah, ini yang alot. Tak ada yang berani menebak. Lawan yang dihadapi Verawaty Fajrin/Eddy Hartono adalah juara dunia Park Joo Bong/Chung Myung-Hee. Untungnya, Vera/Eddy mampu mengatasi kritis dan menang 18-13 di set pertama. Di set kedua, pasangan Park/Chung sudah kehabisan napas. Vera/Eddy pun dengan cepat memimpin 14-3. Dan begitu pukulan buckhand dropshot Park Joo-Bong melebar, Verawaty langsung bersujud di tengah lapangan, sedangkan Eddy Hartono mengacungkan tangan kirinya ke arah penonton. Indonesia juara. Siapakah penyelamat tim Indonesia? Susi Susanti orangnya. Gadis 19 tahun kelahiran Tasikmalaya ini pantas diberi acungan jempol. Dua kali ia menyelamatkan regu Indonesia di kejuaraan dunia beregu campuran yang baru pertama kali dipertandingkan ini. Prestasi Susi di dunia internasional dimulai ketika ia memperkuat regu Piala Uber Indonesia tahun lalu. Ia melejit menjadi finalis All England Maret lalu. Ia dikenal gigih dan pantang putus asa. "Bola yang paling susah pun tetap diambilnya," ujar Liong Ciu Shia, pelatih yang menangani Susi di pelatnas. Kegigihan Susi inilah yang mengantarkan Indoneia merebut Piala Sudirman. Nama piala kejuaraan beregu ini diambil dari seorang tokoh perbulutangkisan Indonesia yang juga ketua PBSI di masa hidupnya. Sebelumnya ada dua kejuaraan dunia beregu yang resmi. Piala Thomas untuk beregu putra dan Piala Uber untuk beregu putri. Pada pertemuan anggota dewan Federasi Bulu Tangkis Internasional (IBF) di Beijing 1987, ide kejuaraan dunia beregu campuran dilemparkan. Dan Indonesia ditunjuk sebagai penyelenggara setelah bersaing dengan Denmark. Tapi nama piala itu belum ditentukan dan masalahnya diserahkan kepada komite Turnamen Internasional IBF. Pada sidang IBF di Kuala Lumpur, Malaysia, 1988, konsep format kejuaraan dunia beregu campuran dibahas dan disahkan pada pertemuan berikutnya, Oktober 1988, di Singapura. Penyelenggaraannya disamakan dengan kejuaraan dunia perseorangan setiap 2 tahun sekali, dan Jakarta mendapat kehormatan pertama untuk menyelenggarakannya. Piala itu pun diberi nama Sudirman -- tokoh yang menyatukan badan perbulutangkisan dunia ketika ada dua lembaga: IBF dan WBF. Ada 28 negara anggota IBF yang ikut dalam kejuaraan ini. Mereka dibagi dalam 7 grup divisi. Hanya divisi I yang berhak memperebutkan piala hasil rancangan mahasiswa tingkat akhir Jurusan Patung Fakultas Seni Rupa dan Disain ITB, Ruswandi, ini. Sedangkan untuk mereka yang berada di divisi II hingga VII, diberlakukan sistem promosi degradasi. Juara tiap-tiap divisi naik ke divisi yang lebih tinggi. Tahun ini 6 negara yang berhak masuk divisi I, yakni Indonesia, Cina, Kor-Sel, Inggris, Denmark, dan Swedia. Ini ditentukan oleh IBF berdasarkan prestasi mereka di tingkat dunia. Cina, pemegang supremasi Piala Thomas dan Uber, yang diunggulkan di posisi pertama, berambisi sekali untuk memboyon piala ini. Namun, gagal maju ke babak final setelah di babak semifinal ditaklukkan Kor-Sel dengan 3-2. Sedangkan Inggris, calon tuan rumah kejuaraan serupa dua tahun mendatang, harus menelan pil pahit turun ke divisi II. Posisinya digantikan Jepang, yang keluar sebagai juara divisi II. Usai perebutan Piala Sudirman, Istora Senayan masih ramai. Ada Kejuaraan Dunia Perseorangan yang ke-6. Apakah putra-putri Indonesia masih berjaya, mengingat dalam kurun waktu 4 tahun terakhir mereka tak mampu meraih satu pun gelar kejuaraan besar? Itulah harapan. Rudy Novrianto dan Yudhi Soerjoatmodjo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus