LAGU mars seperti Maju Tak bentar, Dari Sabang Sampai
Merauke, dan Hallo Pandung dikumandangkan. Silih berganti
kelompok barisan bernyanyi di sepanjang rute gerak jalan 45
yang merendam Jakarta dalam suasana nostalgia perjuangan
kemerdekaan. Itu terjadi 20 Agustus malam. Di pinggir jalan,
juga sepanjang 45 km, massa ber diri dan sebagian bahkan
mengikuti syair yang dinyanyikan oleh 30 kontingen Trilomba
Juang (TJ) 1980.
Serda (Marinir) M.Hatta dari Kontingen ABRI II mengatakan semua
lagu perjuangan itu, selain menghasilkan nilai, juga
membangkitkan semangat anggota regu. "Praktis semalam suntuk
kami bertugas seperti dalang," cerita Hatta. "Karena hampir
seluruh perjalanan 4 km itu kami tempuh dengan menyanyi terus."
Ia menambahkan irama lagu yang mereka nyanyikan disesuaikan pula
dengan pengaturan gerak kaki--80 langkah dalam satu menit.
Kontingen ABRI II, berintikan Detasemen Infanteri Korps Marinir,
mencapai garis finis di stadion utama Senayan memang hampir
tepat pada tempat yang ditetapkan. Kecepatannya rata-rata
berkisar 7 km dalam satu jam. Selain pengaturan jumlah langkah
dalam satu menit, menurut Hatta, mereka juga memakai patokan
alam Azan Subuh.
Berdasarkan survei yang dilakukan sebelumnya, jika tempo
mereka konstan, maka pada saat panggilan sembahyang itu
terdengar mereka akan berada di depan gedung Markas Besar
Angkatan laut di Jalan Gunung Sahari. Dan perhitungan mereka
benar.
Tapi ketepatan waktu saja belum menempatkan Kontingen ABRI II
sebagai pemenang nomor 45 km. Kontingen KORPRI, antara lain
diperkuat oleh pelari proklamaton dan Imang dan Ali Sofyan
Siregar ternyata menjuarainya. Sebab di samping kecepatan dan
ketepatan waktu, kekompakan, kerapian serta nyanyi juga dinilai
juri.
Tak kalah menegangkan adalah lomba gerak lari 8, sehari
sebelumnya, di Jalan Toll Jagorawi. Para peserta tampak dijaga
oleh sebuah helikopter tipe Puma. Sementara di sepanjang rute 8
km itu berdiri pula prajurit tanpa senjata sebagai pagar betis
untuk mengamankan peserta dari massa yang tentu saja
mengelu-elukan mereka. Suasananya jadi mirip latihan perang.
Apalagi terlihat ambulan mondar-mandir, sedang anggota kontingen
menggotong kawan sendiri. Bila regu kekurangan anggota, nilainya
dipotong 10. Kontingen Jambi paling kompak. Dan memenangkan
nomor gerak lari 8.
Lomba gerak lintas alam 17, nomor awal TJ, tak melibatkan emosi
massa. Karena rutenya yang khusus. Tapi Presiden Soeharto,
Wakil Presiden Adam Malik, serta sejumlah menteri memerlukan
diri hadir di tempat perlombaan dilangsungkan, di Pusat
Pendidikan Pramuka, Cibubur. Bahkan Kepala Negara sendiri
mengibarkan bendera star untuk peserta pertama -- Kontingen
Nusa Tenggara Timur.
Rangkaian TJ, yang diselenggarakan seluruhnya di Jakarta dan
sekitarnya selama empat hari (18-21 Agustus), diikuti oleh 30
kontingen--27 provinsi, dua ABRI, dan satu KORPRI. Juara umum
adalah Jawa Tengah, dengan nilai gabungan 254. Di belakangnya
menyusul KORPRI (228) dan Jambi (225). Sukses Kontingen Jawa
Tengah yang merangkum lima unsur masyarakat (pelajar, mahasiswa,
pemuda, karyawan dan BRI) brkat prestasinya dalam menjuarai
gerak lintas alam 17.
Presiden Soeharto yang menjabarkan pembinaan fisik dan mental
bagi seluruh Bangsa Indonesia ke dalam TJ tidak hanya hadir
lalam acara pembukaan. melainkan juga dalam acara penyerahan
Piala Presiden dan uang perangsang bagi pemenang. Tersedia
perangsang Rp 50 juta, Rp 35 juta, dan Rp 25 juta
(dipergunakan untuk perbaikan sarana olahraga di daerah). Dan
Presiden yang didampingi oleh Nyonya Tien Soeharto, juga Wakil
Presiden dan Nyonya Adam Malik, serta menteri lainnya, malam itu
(21 Agustus) banyak tersenyum. Puas.
TJ nasional berikutnya akan diselenggaralan 1985.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini