Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MASIH ingat? Trio itu dijuluki tiga "sekrup" yang terlepas dari
tubuh PS Mandala, Jayapura. Itulah Henky Heipon, Henky Rumere,
dan Albert Pahelerang yang terjerat suap dalam pertandingan
melawan Jayakarta Galatama di Jakarta, 25 Mei 1980. Ketiganya
dijatuhi hukuman seumur hidup tak boleh bermain sepakbola oleh
Komda PSSI Irian Jaya. PS Mandala adalah pemegang Piala Soeharto
-- lambang supremasi antar klub (amatir) Indonesia --putaran
kompetisi 1979.
Menjelang turnamen Piala Soeharto, ketiganya aipasang kembali.
Lewat satu SK (11 Mei) yang ditandatangani oleh Ketua Komda PSSI
Irian Jaya C.l Santosa hukuman yang dijatuhkan terhadap trio itu
dicabut. "Irian Jaya masih memerlukan pemain yang berpengalaman
nasional maupun internasional," ujar Santosa.
Selama Heipon, Rumere dan Pahelerang diskors, PS Mandala maupun
bond Persipura tampak raph. Sering mereka menelan kekalahan
pahit. Lantas Ketua Bidang Pembinaan Persipura Baas Youwe
berkata: "Mereka dipersiapkan untuk ikut mempertahankan Piala
Soeharto, PON X, dan turnamen lain."
Tak heran jika suatu pesta memulihkan Heipon, Rumere dan
Pahelerang di Gelanggang Olahraga Cendrawasih, Jayapura,
mendapat sabutan hangat dari masyarakat. Pesta 19 Mei itu
bahkan dimeriahkan dengan band segala. "PS Mandala merupakan
kebanggaan masyarakat Jayapura khususnya, dan Irian Jaya
umumnya," kata Ketua PS Mandala Drs. Florens Imbiri -- juga
menjabat Walikota Jayapura.
Heipon, 35 tahun, yang biasa dipanggil boss oleh anggota PS
Mandala adalah pemain kawakan merangkap pelatih. Ia disegani di
dalam maupun di luar lapangan oleh anak asuhannya. Ia berani
mencoret pemain dari pemusatan latihan jika kedapatan
mabuk-mabukan.
Selama masa hukumannya, Heipon, seorang karyawan Balai Latihan
Kejuruan Industri (BLKI) di Jayapura, telah membuat lapangan
sepakbola di kawasan Pasir Dua Base G -- dekat tempat
tinggalnya. Bersama Rumere dan Pahclerang diasuhnya pemain yang
berusia di bawah 17 tahun. Hasil pembibitan trio ini akan
kelihatan tiga atau empat tahun lagi.
Rumere pernah memperkuat tim nasional. Dia dan Pahelerang
merupakan pemain belakang yang tangguh. Untuk tumamen Piala
Soeharto Rumere dipersiapkan jadi kapten PS Mandala.
Rehabilitasi trio ini ternyata tak dihiraukan PSSI. Ketiganya
mungkin tidak akan diperkenankan memperkuat PS Mandala dalam
Piala Soeharto, ujar Suhendarto (dari KONI Irian Jaya) seusai
menemui Ketua Presidium PSSI Suparjo Pontjowinoto. PSSI konon
ingin menjaga citra turnamen ini dari pencemaran skandal suap.
"Tak ada peraturan yang melarang pemain yang sudah
direhabilitasi tidak boleh main," ujar Youwe.
Turnamen Piala Soeharto diikuti oleh sembilan klub finalis di
Jakarta mulai 11 sampai 20 Juni. Selain masalah skorsing tadi,
soal wasit sangat mendapat perhatian kali ini. Pemain yang
memukul wasit misalnya, tidak diperkenankan bermain dalam
berbagai kejuaraan selama dua tahun.
Piala itu akan berganti menjadi Piala Bina Krida Eka Vamsa. Nama
ini -- diberikan langsung oleh Presiden Soeharto -- berarti
Pembangunan Olahraga Demi Persatuan Bangsa. Bentuk pialanya,
menurut Suparjo, juga akan diubah.
PS Mandala, menurut Imbiri, bertekad untuk memboyong kembali
piala ini. Bukan mustahil. Di kertas memang itulah yang terkuat
saat ini. Klub Jayakarta, juara Persija, yang semula disebut
"kuda hitam" untuk putaran final Piala Soeharto sudah tersingkir
di babak penyisihan. Inilah pertama kalinya Jakarta tak ikut
final sejak Piala Soeharto diperebutkan enam tahun silam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo