Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Berbagai risiko dapat terjadi saat kita tengah berkendara, termasuk kecelakaan akibat mobil menabrak kendaraan lain atau batas jalan. Itu sebabnya pihak pengembang mobil umumnya akan melakukan uji tabrak atau crash test bagi mobil-mobil yang mereka produksi. Lantas, bagaimana cara kerja uji tabrak mobil?
Dilansir dari auto.howstuffswork.com, uji tabrak mobil dilakukan untuk mengetahui tingkat kerusakan yang dialami mobil dan tingkat cidera pengendara ketika mobil menabrak benda keras. Informasi mengenai tingkat kerusakan tersebut digunakan untuk mengembangkan fitur keselamatan mobil makin optimal.
Saat melakukan uji tabrak, mobil tidak dalam kendaraan kosong tanpa penumpang. Meskipun begitu, terlalu berisiko untuk menempatkan manusia di dalam mobil yang secara sengaja akan dihancurkan. Itu sebabnya para penguji umumnya menggunakan boneka manusia.
Boneka tersebut digunakan untuk menjadi simulasi luka pengendara apabila mobil yang mereka kendarai mengalami tabrakan. Kondisi boneka sebelum dan sesudah tabrakan akan memberikan data-data penting yang tidak mungkin dikumpulkan oleh penumpang manusia.
Boneka pun tidak dibuat secara sembarangan. Boneka itu dibuat dari bahan yang meniru fisiologi tubuh manusia. Biasanya, tulang belakang boneka dibuat dari lapisan cakram logam dan bantalan karet yang berselang-seling. Boneka tersebut memiliki tiga jenis instrumentasi, yaitu akselerometer, sensor beban, dan sensor gerak.
Sebuah tabrakan idealnya tidak terjadi. Namun, dalam hal ini, tabrakan perlu dilakuka untuk menguji sejauh mana suatu mobil mumpuni untuk meminimalkan risiko cidera pengendara.
Bertahan dari kecelakaan adalah tentang energi kinetik. Saat tubuh Anda bergerak dengan kecepatan 35 mph (56 kph), ia memiliki sejumlah energi kinetik. Setelah tabrakan, saat Anda benar-benar berhenti, Anda akan memiliki energi kinetik nol. Untuk meminimalkan risiko cedera, Anda ingin menghilangkan energi kinetik secara perlahan dan merata.
Idealnya, mobil Anda memiliki sabuk pengaman pretensioner dan force limiter. Ketika mobil Anda menabrak penghalang, keduanya mengencangkan sabuk pengaman sebelum kantung udara mengembang. Sabuk pengaman kemudian dapat menyerap sebagian energi Anda saat Anda bergerak maju menuju airbag.
Beberapa milidetik kemudian, gaya di sabuk pengaman akan mulai menahan Anda. Dalam hal ini, force limiter memastikan gaya di sabuk pengaman tidak terlalu tinggi. Selanjutnya, kantung udara menahan laju gerakan Anda sekaligus melindungi tubuh Anda dari benturan keras.
Dalam simulasi kecelakaan mobil ini, seluruh sistem keselamatan di dalam mobil bekerja sama untuk memperlambat Anda. Jika Anda tidak mengenakan sabuk pengaman, maka tahap pertama perlindungan Anda akan hilang dan akan lebih menyakitkan saat Anda membenturkan airbag.
Pilihan Editor: Imbas Skandal Uji Tabrak Daihatsu, Toyota Stop Penjualan Yaris Ativ di Thailand
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini