Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TAK ada kata kedaluwarsa dalam rumus politik Amien Rais. Tokoh reformasi 1998 ini sedang giat membangun Poros Tengah jilid kedua, sebagai upaya mengusung calon presiden alternatif menghadapi Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarnoputri, yang hampir pasti bertarung kembali.
”Kesempatan terbaik ya 2009 ini,” kata Amien, pekan lalu. Sepuluh tahun silam, dimotori Amien, partai Islam yang ”berserakan” bisa bersatu. Ketika itu kekuatan politik didominasi pendukung Megawati dan Habibie, sementara tokoh-tokoh Islam sudah tak punya harapan. Tapi, nyatanya, Poros Tengah berhasil membalikkan keadaan.
Adalah Ketua Muhammadiyah, Din Syamsuddin, yang pertama kali melontarkan wacana ini. Dalam forum rapat Partai Bulan Bintang enam bulan lalu, Din menyampaikan ceramah perlunya koalisi strategis partai-partai Islam dan partai berbasis massa Islam. Wacana ini terus digulirkannya dalam setiap kesempatan.
Menurut Din, partai Islam merupakan kekuatan besar. Pada 1999 saja, gabungan suara partai Islam memperoleh 35 persen suara, dan 38 persen pada 2004. ”Bisa mengusung calon sendiri bila bergabung,” katanya. Atau, paling tidak, ”Jangan sampai partai Islam cuma pelengkap penyerta kekuatan politik lain.”
Wakil Ketua Partai Bulan Bintang, Hamdan Zoelva, mengatakan ide Din terus dikomunikasikan di antara elite partai Islam. Tapi masing-masing belum mau terbuka mengenai koalisi partai Islam, karena khawatir kehilangan pemilih. Maklum, mereka berebut basis massa sama. ”Partai kan juga harus melakukan konsolidasi internal untuk pemilu legislatif?” katanya.
Poros yang digulirkan Amien mirip dengan Din. Amien menyebutnya ”Poros Penyelamat Bangsa”. Reformasi yang dicita-citakan, katanya, tak sesuai dengan harapan, dan karena itu perlu diselamatkan. ”Sedikit banyak ingin mengulangi Poros Tengahlah, tapi setting-nya beda,” kata Zulkifli Halim, politikus Partai Amanat Nasional di lingkar dalam Amien.
Poros Tengah jilid kedua, katanya, telah dimodifikasi. ”Bahan-bahannya (pelakunya) bisa sama, tapi masakannya (koalisinya) pasti beda,” kata Zulkifli. Poros ini tak melulu partai Islam, tapi juga merangkul kalangan nasionalis. ”Agak pelangi, ada merah putih hijaunya.”
Menurut Zulkifli, lobi para elite partai makin intensif, dan sudah mulai mengkristal bagi terbentuknya kekuatan di luar blok ”M” (Megawati) dan ”S” (SBY). Lalu, siapa figur yang diusung? ”Belum sampai ke sana,” kata Zulkifli. ”Sekarang baru penyamaan visi.”
Sumber Tempo mengatakan, besar kemungkinan poros Amien bakal digandengkan dengan Poros Indonesia Raya—bentukan Partai Gerindra. Bahkan, menurut dia, sudah ada skenario menjodohkan keduanya, entah Prabowo-Amien atau Amien-Prabowo.
Zulkifli membantah ”perjodohan” ini. ”Tak cuma dengan Prabowo,” katanya. ”Sultan dan Wiranto juga merapat.” Tapi, menurut sumber Tempo, meski banyak tokoh merapat ke Amien, baru Prabowo yang dianggap sudah masuk ke ”ruang tengah” hatinya Amien. ”Yang lain baru di teras atau di ruang tamunya.”
Wakil Ketua Partai Gerindra, Fadli Zon, mengakui adanya pertemuan informal dengan Din dan Amien. ”Gagasan mereka punya irisan yang sama dengan kami,” kata Fadli. ”Saya kira ada potensi bergabung dengan Poros Indonesia Raya.”
Ketika ditanya tentang sosok Prabowo, Amien sendiri seperti melempar sinyal. ”Saya tertarik pada setiap langkah yang ingin mengembalikan bangsa ini ke rel konstitusi, proklamasi, dan Pancasila dalam arti sebenarnya,” katanya. Artinya, Poros Penyelamat-Indonesia Raya sudah oke? ”Yang itu jawabnya nanti saja,” kata Amien, menghindar.
Agus Supriyanto, Munawwaroh
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo