Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

115 Dokter Meninggal, IDI: 300 Ribu Rakyat Indonesia akan Kehilangan Pelayanan

IDI menilai perlu ketegasan pemerintah untuk membuat langkah konkret melindungi keselamatan para dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

14 September 2020 | 14.16 WIB

Ucapan duka dari IDI atas meninggalnya dokter H Efrizal Syamsudin dan Ratih Purwarini setelah terdiagnosis positif terinfeksi virus corona. Instagram/@Ikatandokterindonesia
Perbesar
Ucapan duka dari IDI atas meninggalnya dokter H Efrizal Syamsudin dan Ratih Purwarini setelah terdiagnosis positif terinfeksi virus corona. Instagram/@Ikatandokterindonesia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi memperkirakan 300 ribu masyarakat akan kehilangan pelayanan dari dokter akibat kematian 115 dokter selama pandemi Covid-19.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

“Kehilangan dokter tentunya akan dapat berakibat menurunnya kualitas pelayanan bagi rakyat Indonesia,” kata Adib dalam keterangan tertulisnya, Senin, 14 September 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adib menjelaskan, angka tersebut didapat dengan asumsi 1 dokter melayani 2.500 penduduk. Pasalnya, jumlah dokter di Indonesia merupakan yang terendah kedua di Asia Tenggara, yaitu 0,4 dokter per 1.000 penduduk. Artinya, Indonesia hanya memiliki 4 dokter yang melayani 10 ribu penduduk.

Rasio dokter spesialis, kata dia,  juga rendah, yaitu 0,13 persen per 1.000 penduduk. Selain itu, distribusi tenaga medis dan kesehatan juga terkonsentrasi di Jawa dan kota-kota besar.

Menurut Adib, perlu ketegasan dari pemerintah untuk membuat langkah konkret dalam upaya perlindungan dan keselamatan bagi para dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Salah satunya dengan pembentukan Komite Nasional Perlindungan dan Keselamatan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan.

Komite tersebut nantinya bertugas mengintegrasikan seluruh stakeholder kesehatan untuk fokus dalam upaya perlindungan dan keselamatan serta upaya-upaya pengawasan.

“Kebutuhan dokter tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi organisasi profesi dan perhimpunan-perhimpunan spesialis untuk tetap dapat menjamin proporsi pelayanan kesehatan kepada masyarakat,” katanya.

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus