Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Samhari Baswedan tersenyum lebar sambil menjabat tangan Presiden Joko Widodo. Dia mengucapkan terima kasih atas apresiasi pemerintah yang menganugerahkan gelar pahlawan nasional untuk ayahnya, Abdurrahman Rasyid Baswedan atau AR Baswedan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Samhari mengingat ayahnya sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, Abdurrahman aktif menyatukan kelompok keturunan Arab. "Bapak berusaha meyakinkan bahwa mereka orang Indonesia karena lahir dan hidup di Indonesia," ujarnya di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 8 November 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Abdurrahman juga berjuang di bidang politik. Dia bersama Agus Salim, Nazir Pamuntjak, dan Moh Rasidin terbang ke Mesir untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan atas Indonesia. Mereka berhasil dan Mesir menjadi negara pertama yang mengakui Indonesia.
Abdurrahman kemudian harus membawa dokumen pengakuan tersebut kembali ke Indonesia. Namun saat itu Belanda menggempur. "Jadi dokumen dimasukkan bapak ke kaos kaki, di bawah telapaknya," kata Samhari. Untungnya, prajurit tak menemukan dokumen itu sehingga ia bisa menyerahkannya kepada Amir Syarifuddin untuk diberikan kepada Soekarno.
Samhari mengatakan ayahnya melanjutkan perjuangan setelah kemerdekaan dengan bergabung bersama Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Setelahnya dia berkiprah sebagai Ketua Dewan Dakwah.
Menurut Samhari, perjalanan Abdurrahman mengajarkan dirinya untuk selalu berjuang. "Kami diberi tahu orang bisa berbakti dengan berbagai cara," kata dia.
Abdurrahman Baswedan menerima gelar pahlawan bersama lima tokoh lainnya. Mereka adalah Kasman Singodimedjo dari Jawa Tengah, Depati Amir dari Bangka Belitung, Syam'un dari Banten, Agung Hajjah Andi Depu dari Sulawesi Barat, dan Pangeran Mohammad Noor dari Kalimantan Selatan.