Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Banjir Untuk Lahat

Jalur kereta api dan jalan perhubungan darat di Sumatera selatan & lampung banyak terputus akibat banjir. 67 penduduk meninggal karena tertimbun tanah. (dh)

24 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JALUR kereta api antara Kertapati dan Lubuk Linggau, dan antara Kotabumi dan Tanjungkarang, juga jalur perhubungan darat lainnya di Sumatera Selatan dan Lampung banyak terputus. Semuanya akibat banjir dua pekan lalu. Atas perintah Menteri Pekerjaan Umum, petugas PU Sumatera Selatan bekerja cepat memperbaiki jalur-jalur jalan antara lain dengan menembussebuah punggung bukit sepanjang 150 meter di Desa Lubuk Sepang, Kecamatan Pulau Pinang Kabupaten Lahat. Jalur KA Kertapati-Lubuk Linggau hanya sampai di Muara Enim karena rel rusak di beberapa tempat antara Muara Enim dan Lahat. Sementara jalur Kotabumi dan Tanjungkarang terganggu bukan hanya karena sebagian relnya rusak tetapi juga karena jembatan di atas Wai (sungai) Seputih ambruk dan hanyut sejauh 40 meter. Akibat terputusnya sebagian jalur kereta api tadi, Perusahaan Jawatan Kereta Api menderita ketugian sehari lebih dari Rp 3 juta. Itu hanya perhitungan pendapatan dari penumpang saja di luar kerusakan peralatan. Barangkali itulah sebabnya ancer-ancer normalisasi kedua jalur KA tadi sampai pekan lalu belum terdengar. Sebagaimana dikatakan seorang Pesirah (Kepala Desa) di daerah Lahat, Sumatera Selatan, penduduk di pebukitan masih banyak menggarap tanah secara berpindah-pindah tempat. Apabila usaha pertaniannya di satu tempat sudah tidak memuaskan lagi, mereka berusaha mencari tanah baru dengan menebang pohon di lereng-lereng bukit. Banyak kayu yang tidak dimanfaatkan menjadi bahan bakar dibiarkan rebah sampai menutup berbagai aliran sungai. Beberapa waktu rebahan kayu tadi menjadi semacam tanggul. Tapi karena hujan kemudian begitu gencar maka tanggul-tanggul alam ini bobol. Banjir pun datang. Sungai yang meluap di Sumatera Selatan tak kurang dari 12 buah. Dan banjir di sungai-sungai tadi yang berlangsung 9 jam 2 Pebruari itu menelan korban 67 orang meninggal dunia, 3 orang luka berat dan 12 orang sampai pekan lalu belum diketahui nasibnya. Hanyut atau tertimpa tanah-tanah longsor. Lebih Dari Aceh Barat Di beberapa tempat penduduk menderita memang bukan hanya karena landasan air, tapi juga karena bukit-bukit terban. Ini terutama terjadi di Kecamatan Jarai Kabupaten Lahat. Dari 67 penduduk yang meninggal di Sumatera Selatan 45 orang berasal dari kecamatan ini. Sebagian besar karena tertimbun tanah. Gubernur Sumatera Selatan Haji Sainan Sagiman sudah menjanjikan kepada Bupati Lahat, Zainal Anwar, akan segera membangun 2 kompleks perumahan sederhana terdiri atas 70 rumah untuk ganti rumah penduduk yang hanyut. Banjir di Lahat memang cukup parah. Kerugian seluruhnya ditaksir Rp 1,6 milyar. Menurut Menteri PU Purnomosidi, sama dahsyatnya dengan di Aceh Barat tahun lalu. Artinya lebih besar dari banjir di Riau, Jambi, Aceh dan juga beberapa tempat lain di Jawa awal tahun ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus