Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Belasan Sekolah Ini Nihil Siswa dalam PPDB 2023

Mengapa bisa ada sekolah nihil siswa dalam PPDB 2023?

13 Juli 2023 | 07.08 WIB

Suasana ruangan kelas yang masih kosong akibat banyaknya pelajar yang terlambat di SMA Negeri I Kupang, di Kota Kupang, NTT, Senin 6 Maret 2023. Para siswa SMA/SMK di Kupang mengaku masih sulit menyesuaikan waktu jam belajar dan tidur sehingga setelah penerapan kebijakan sekolah jam 5.30 WITA, masih banyak yang masih terlambat dan mengantuk di jam-jam sekitar 08.00 WITA dan 09.00 WITA. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha
Perbesar
Suasana ruangan kelas yang masih kosong akibat banyaknya pelajar yang terlambat di SMA Negeri I Kupang, di Kota Kupang, NTT, Senin 6 Maret 2023. Para siswa SMA/SMK di Kupang mengaku masih sulit menyesuaikan waktu jam belajar dan tidur sehingga setelah penerapan kebijakan sekolah jam 5.30 WITA, masih banyak yang masih terlambat dan mengantuk di jam-jam sekitar 08.00 WITA dan 09.00 WITA. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Timur menerima keluhan dari sejumlah sekolah terkait Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2023 di daerah itu. Sebanyak 16 sekolah swasta tingkat SMA di Kota Kupang tidak memiliki siswa baru dalam PPDB 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Sekolah-sekolah swasta menyampaikan berdasarkan tren siswa baru masuk sekolah swasta, tahun 2023 ini lebih buruk dari tahun sebelumnya. Terdapat sebanyak 16 sekolah swasta yang siswa barunya nol atau tidak ada," kata Kepala Ombudsman RI Perwakilan Provinsi NTT Darius Beda Daton pada Selasa, 12 Juli 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Beda Daton mengatakan sebanyak 16 sekolah swasta tingkat SMA atau SMK di Kota Kupang tersebut tidak memiliki siswa baru hingga pendaftaran secara luar jaringan ditutup pada 10 Juli lalu.

Ia menjelaskan kemungkinan hal yang menjadi penyebab nihilnya siswa. Misalnya, kata Beda Daton, bisa saja karena siswa tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Kupang jumlahnya sama dengan jumlah rombongan belajar (rombel) yang disiapkan sekolah negeri, sehingga tidak ada sisa untuk sekolah swasta.

Beda Daton mengatakan kondisi ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah provinsi dalam menjaga keberadaan sekolah swasta agar tetap bisa berkembang.

"Jangan sampai sekolah swasta tutup karena ada banyak guru dan pegawai yang menggantungkan hidupnya di sana," katanya.

Ia menambahkan, pihaknya bersama penyelenggara sekolah swasta telah membahas strategi untuk menghidupkan sekolah swasta antara lain dengan meminta pemerintah provinsi menghilangkan sekolah pagi dan sore atau sistem shift.

"Jadi hanya sekolah pagi dengan rombel yang ada sehingga jumlah kuota per sekolah akan dipangkas sesuai jumlah riil rombel di sekolah agar yang lain bisa ke swasta," katanya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus