Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PULUHAN ribu kilometer telah dijelajahinya sejak Jenderal Jusuf
diangkat jadi Menhankam/Pangab akhir Maret lalu.
Kesejahteraan prajurit rendahan menjadi perhatian utamanya
Beberapa asrama prajurit yang umumnya bobrok diperintahkannya
untuk segera dibongkar. Dinaikkan uang lauk pauk prajurit sejak
Juli dari Rp265 menjadi Rp375. Juga diadakan "makanan ekstra"
berupa susu atau kacang hijau seharga Rp90 tiap pagi.
Bahwa banyak prajurit yang tidak sepenuhnya menerima haknya
agaknya disadari Jusuf. "Sebelum 5 Oktober tiap anggota ABRI
akan dilengkapi dengan buku saku dengan data-data pemegangnya,"
kata Jusuf di Pontianak pekan lalu. Buku ini berisi nama,
jabatan, nomer pokok, gaji, perlengkapan yang diterima dan
hak-hak pemegangnya. Ada juga lembaran pengaduan yang bisa
dikirim pemegangnya apabila haknya tidak sepenuhnya diterima. Ke
mana pengaduan dikirim? "Bisa dikirim ke pada saya atau
Inspektur Jenderal", kata Jusuf.
Masalahnya, apakah Irjen Hankam sudah siap untuk menerima dan
mengolah pengaduan-pengaduan yang mungkin sekali akan banyak
jumlahnya? "Kita setiap waktu sudah siap," kata Marsdya
Soebambang, Irjen Hankam pekan lalu. Sekarangpun, Irjen Hankam
sudah sering menerima surat pengaduan dari prajurit di seluruh
Indonesia mengenai hak-hak mereka yang tidak diterima
sepenuhnya. Surat yang memakai nama dan alamat yang jelas,
diselesaikan menurut hukum yang berlaku.
Jusuf sendiri dengan tegas berjanji akan menindak anggota ABRI
yang melakukan pelanggaran atau penyelewengan. "Sejak 1945 kita
sudah terlalu banyak memberi nasehat dan pengampunan. Kalau ini
dibiarkan terus, nanti seperti rayap, tidak tahu nanti ABRI ini
jadi apa atau RI ini nanti jadi apa?"
Agaknya Jusuf ingin memulai suatu awal yang baru dalam masa
jabatannya. "Saya tidak membicarakan masa yang -- lalu sewaktu
saya belum Menhankam/Pangab. Tapi sejak sekarang saya tidak mau
lihat lagi dan membiarkan anggota ABRI melanggar peraturan dan
undang-undang," ia menegaskan berulang kali.
Banyak yang menyambut gebrakan Jusuf ini dengan gembira.
"Tindakan ini yang sudah lama kami tunggu", kata seorang perwira
menengah di Ujungpandang pekan lalu. Dari kalangan prajurit
sendiri, sambutan yang meriah atau sorakan "Hidup pak Jusuf"
setiap kali ia memerintahkan membongkar asrama yang bobrok atau
memperbaiki fasilitas yang ada mencerminkan sikap mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo