Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Guru Besar FKUI Minta Framing Buruk terhadap Profesi Dokter Dihentikan

Framing negatif terhadap tenaga kesehatan kerap dikaitkan dengan sejumlah kasus perundungan dokter yang terjadi di PPDS perguruan tinggi.

16 Mei 2025 | 18.09 WIB

Ilustrasi dokter memeriksa pasien. Shutterstock
material-symbols:fullscreenPerbesar
Ilustrasi dokter memeriksa pasien. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menyerukan keprihatinannya terhadap sistem pendidikan kedokteran di Indonesia. Salah satu yang disorot ialah perihal framing buruk terhadap profesi dokter maupun tenaga kesehatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Guru besar FKUI Theddeus O.H. Prasetyono meminta agar kebiasaan melabeli buruk terhadap profesi dokter dihentikan. Menurut dia, pelabelan itu bisa menyebabkan penurunan kepercayaan pada dokter ataupun tenaga kesehatan Tanah Air.

"Dan ini dapat dimanfaatkan oleh pelayanan kesehatan negara lain," kata dia di Gedung FKUI, Jakarta, pada Jumat, 16 Mei 2025.

Dekan FKUI Ari Fahrial Syam menyatakan framing negatif terhadap tenaga kesehatan kerap dikaitkan dengan sejumlah kasus perundungan yang terjadi di program pendidikan dokter spesialis atau PPDS di perguruan tinggi. Dia mengeluhkan narasi miring itu justru kerap diulang-ulang meski kasusnya sudah terlampau lama.

"Misalnya berita tiga tahun lalu, diangkat lagi. Masalah bullying itu diputar terus, sehingga pendidikan dokter spesialis (dianggap) begitu menakutkan," ujarnya.

Ari juga menyoroti narasi yang menyebutkan pendidikan dokter spesialis hanya bisa diakses oleh orang kaya. Dia membantah anggapan tersebut. "Ini framing yang keliru dan sudah terjadi puluhan tahun," ucapnya.

Ari mencontohkan dirinya yang berasal dari keluarga pedagang. Dia mengatakan latar belakang ekonomi seseorang bukan menjadi faktor penghalang untuk menjadi dokter spesialis.

Selain itu, Ari mengatakan tidak semua peserta PPDS di perguruan tinggi berasal dari keluarga dokter maupun profesor. Menurut catatannya, jumlah peserta pendidikan dokter spesialis di UI yang berasal dari keluarga dokter atau akademisi tak lebih dari 10 persen. "Mayoritas peserta (PPDS) justru berasal dari keluarga non medis," katanya.

Novali Panji Nugroho

Lulus dari Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Bergabung dengan Tempo pada September 2023. Kini menulis untuk desk Nasional, mencakup isu seputar politik maupun pertahanan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus