Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto pernah mendiskusikan dugaan pencatutan nama Presiden Joko Widodo dalam perbincangan mengenai perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia bersama istrinya. Kepada istrinya, Setya sempat mengeluh selalu mendapatkan masalah ketika bertemu dengan seseorang. Termasuk ketika Setya bertemu dengan bakal calon Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
"Apa saya terlalu baik?" kata Setya Novanto kepada Tempo yang menemuinya, Kamis, 19 November 2015. Setya mengatakan hanya hendak menolong orang yang datang kepadanya. Termasuk kedatangan bos Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin, ke kantornya. Mendengar keluhan ini, istrinya—seperti ditirukan Setya Novanto—menyahut, "Say, kalau gue analisis, lo jangan nolong orang lagi deh."
Setya mengatakan dialah yang pertama kali didatangi Freeport Indonesia pada 27 April 2015. Setelah itu, mereka mengadakan pertemuan kedua pada 13 Mei di Ritz Carlton, Pacific Place. Pada pertemuan kedua, Setya kemudian mengajak sahabatnya, Muhammad Riza Chalid. Alasan Setya, Freeport menunjukkan gelagat mencurigakan dengan mengajak bertemu terus.
Pekan lalu, Sudirman Said melaporkan Ketua DPR Setya Novanto dan pengusaha Muhammad Riza Chalid ke Mahkamah Kehormatan Dewan. Dalam laporannya, Sudirman menyebut dua orang ini mencatut nama Presiden Joko Widodo dalam perpanjangan kontrak karya Freeport. Dalam transkrip yang beredar, nama Luhut Pandjaitan paling banyak disebut dalam perbincangan antara Setya, Riza Chalid, dan bos Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin.
Simak wawancara lengkap Setya Novanto di majalah Tempo edisi 23 November 2015.
TIM TEMPO
Baca juga:
Selingkuh Bisnis-Politik: Akankah Setyo Novanto Terjungkal?
Setya Novanto Didesak Mundur: Bila Tak Mau, Ada Ancamannya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini