BAKAL ada ratu kampus di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), kata
Rektor Prof. Dr. Ibrahim Hasan. Dan tahun kuliah 1982/1983 ini,
sebanyak 700 pelamarnya, Senin dan Selasa pekan lalu mengikuti
tes Proyek Perintis III di kampus Darussalam itu. Sang ratu tak
lain dan tak bukan adalah Fakultas Kedokteran (FK).
Unsyiah di Banda Aceh meresmikan FK-nya baru April lalu, meski
perintisannya sejak 1964, tiga tahun - setelah universitas itu
dengan tujuh fakultasnya berdiri. Waktu itu pemerintah menilai
persyaratan yang dimiliki daerah Aceh belum memadai. Antara lain
belum ada rumah sakit untuk mahasiswa melakukan praktek,
sementara kaum ulama Aceh masih menolak bedah mayat.
Dengan himbauan dari Menteri P & K, Dr. Daoed Joesoef yang
berasal dari Aceh, panitia kembali aktif tahun 1979. Rumah Sakit
Umum Zainal Abidin, Banda Aceh, lantas membangun gedung baru dan
menambah peralatan guna kepentingan FK yang direncanakan itu.
Surat pernyataan kaum ulama yang ditandatangani Ketua MUI Aceh,
H. Abdullah Ujung Rimba menyusul. Mereka menyatakan bedah mayat
dibolehkan "demi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan".
Consortium Medical Sciences (CMS) lembaga yang mengurus FK
seluruh Indonesia, semula menyarankan FK Unsyiah sebaiknya
ditangguhkan sampai 1984. Toh pembicaraan Ditjen Pendidikan
Tinggi dan CMS menelurkan hasil: FK Unsyiah boleh berdiri mulai
1980, asalkan untuk sementara mahasiswanya dititipkan kuliah di
FK negeri yang lain.
Kini tercatat dari tahun kuliah 1980/ 81 dan 1981/82 sekitar 80
mahasiswa FK Unsyiah yang dititipkan antara lain di FK USU
(Medan), FK Unand (Padang). Mereka akan tetap di tempat titipan
sampai lulus -- sebelum ditarik menjadi dosen di Unsyiah.
Tak hanya itu. Sebagai calon staf pengajar, delapan orang
Unsyiah mengikuti pendidikan pasca sarjana, antara lain di FK
Unair, Surabaya. Tahun ini ada tujuh orang lagi menyusul.
Semua itu memang cara baru. Namun dr. Djuhar Ma'rifin Husin,
Ketua CMS, mengharapkan cara baru itu akan membuat FK termuda
ini tak perlu kalah dengan FK negeri yang telah mapan. Apalagi
Pemda Aceh sangat membantu, misalnya, Rp 130 juta dari anggaran
1982/83.
Maka universitas ini yang mengambil nama seorang ulama, pujangga
dan ahli hukum Aceh yang hidup di abad ke 17, kini memiliki 8
fakultas: Ekonomi, Kedokteran Hewan & Ilmu Peternakan, Hukum &
Pengetahuan Masyarakat, Teknik, Pertanian, Keguruan, Ilmu
Pendidikan, dan Kedokteran Umum. Dan FK yang baru itu tahun
1982/83 ini akan menerima 40 mahasiswa yang kuliah di kandang
sendiri -- tidak dititipkan.
Tentu saja ia hanya bisa menampung sebagian kecil pemuda Aceh
yang ingin menjadi dokter. Tahun lalu, misalnya 750 lulusan SMA
di Aceh mengikuti tes masuk di FK negeri ke-14 ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini