Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Berita Tempo Plus

Jangan Dulu Makan Biskuit

Menurut polisi, ternyata biskuit yang tercemar racun bukan cuma produksi PT Gabisco & PT Toronto. Tapi sudah meluas ke pabrik-pabrik lain. 520 karung sodium nitrit sedang dilacak polisi untuk diamankan.

14 Oktober 1989 | 00.00 WIB

Jangan Dulu Makan Biskuit
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

ROTI atau biskuit sekarang rupanya sudah merebak ke desa-desa, dan menjadi konsumsi masyarakat kecil. Tapi Mbah Darmo, 60 tahun, penduduk Kecamatan Tidar, Magelang, Jawa Tengah, kini malah kecewa. "Sekarang, anak-anak lebih baik kembali makan singkong. Kalau jajan roti, bisa mati" katanya. 

Betapa tidak, kakek itu baru saja kehilangan cucu: Agus Riyanto, yang meninggal dunia setelah makan biskuit. Sabtu siang pekan lalu, siswa kelas satu SD itu tiba-tiba mengeluh sewaktu baru main kelereng dengan teman-temannya. Perutnya sakit, kepala pusing, dan suhu tubuhnya tinggi.

Ketika ia muntah, terlihat dua potong biskuit. Sayang, ia tak sempat dibawa ke rumah sakit. Dini hari keesokan harinya, anak itu meninggal dunia. Biskuit yang dimuntahkan Agus sekarang sedang diteliti Kanwil Depkes Jawa Tengah. "Apakah korban keracunan biskuit, baru diketahui dari penelitian itu. Soalnya, korban tak dibawa ke rumah sakit," ujar Indriati Subagio, Humas Kanwil Depkes JaTeng.

Tapi tak kurang dari Mabes Polri sendiri mengingatkan masyarakat agar hati-hati dengan biskuit. "Untuk amannya, sekarang lebih baik jangan makan biskuit dululah," kata Brigjen. Koesparmono Irsan, Direktur Serse Mabes Polri, Senin pekan ini.

Soalnya, sekarang biskuit penyebar maut tak lagi terbatas pada produksi pabrik PT Gabisco Tangerang dan PT Toronto Palembang, tapi sudah meluas ke pabrik-pabrik lain. Misalnya, PT Lonbisco, pabrik biskuit yang terletak persis di belakang pabrik Gabisco, di Desa Karangsari, Kecamatan Batuceper, Kabupaten Tangerang, Jawa Barat.

Sebagaimana PT Gabisco, perusahaan ini memesan 80 karung amonium bicarbonat dari PT Firman Jaya Abadi Jakarta. Tapi, menurut Anto, salah seorang pimpinan Lobinsco, yang diterimanya benar-benar amonium bicarbonat, bukan sodium nitrit yang mematikan itu. "Pabrik saya selamat, kok, tak tercampur sodium nitrit," ujarnya kepada TEMPO Senin pagi pekan lalu.

Tapi, sekitar pukul 12.00 hari itu juga, dua polisi dari Mabes Polri, bersama petugas Ditjen POM Depkes, sampai di pabrik itu. Mereka membawa surat dari Dirjen POM Depkes, yang isinya, memerintahkan pabrik tersebut ditutup.

Rupanya, biskuit pabrik itu dicurigai telah terkontaminasi, sebagaimana yang terjadi pada produk PT Gabisco dan PT Toronto setelah seorang anak di Tangerang memakan biskuit dari pabrik ini.

Heboh biskuit beracun dimulai awal Agustus lalu, ketika di Jambi, dua kakak beradik keracunan setelah memakan biskuit merk Khian Guan, produk PT Toronto Palembang. Setelah diselidiki, ternyata biskuit itu mengandung sodium nitrit, bahan pengawet daging, yang mematikan bila dimakan, terutama oleh anak-anak.

Hal yang sama ditemukan pula pada biskuit produksi PT Gabisco Tangerang. Maka, korban pun berjatuhan. Sampai pekan ini, ratusan orang telah keracunan, 33 di antaranya meninggal dunia.

 Malapetaka ini bermula ketika 8 April yang lalu, kapal Sun Kung membongkar muatan di pelabuhan Tanjung Priok. Di antara isi kapal itu, terdapat 2.000 karung amonium bicarbonat (tiap karung 25 kg), pesanan PT Firman Jaya Abadi Jakarta. Bahan pengembang biskuit itu dipesan dari Twin Ltd., sebuah perusahaan di Hong Kong.

Ternyata, kapal yang sama membawa pula 2.000 karung sodium nitrit, pesanan PT Panca Kusuma Aneka Kimia. Karung yang berisi sodium nitrit dan amonium bicarbonat itu amat mirip. Lantas ketika membongkar barang-barang itu dari kapal, diduga keduanya tertukar.

Sejak 18 Mei lalu, PT Firman Jaya Abadi mulai menjual amonium bicarbonat yang sudah bercampur sodium nitrit itu, kepada PT Toronto, PT Gabisco, dan PT Lobisco. Celakanya, dari pengusutan yang dilakukan Mabes Polri, perusahaan tadi menjual 520 karung barang celaka itu ke sejumlah perusahaan fiktif.

Yaitu, Ahmad Biscuit (Surabaya), Toko Rezeki (Jakarta), pabrik biskuit A Kang (Bandung), Hendera (Bandung), Pancang (Semarang), Sinar Bahari (Surabaya), dan Suyanto (Bandung). Setelah dicek polisi, alamat ketujuh perusahaan itu palsu semua. "Jadi, hanya perusahaan fiktif," kata Koesparmono. 

Nah, ke mana larinya 520 karung amonium bicarbonat itu? Sampai sekarang sedang diusut polisi. Tapi, tampaknya, polisi terpaksa melacak pabrik-pabrik biskuit yang lain, di luar PT Gabisco, Toronto, dan Lonbisco. Padahal, menurut Koesparmono Irsan, baru 90 persen dari biskuit yang sudah diedarkan PT Gabisco yang dapat ditarik dari peredaran. Penarikan produksi PT Toronto malah baru berhasil 80 persen. 

Sementara itu, Kanwil Depkes Jawa Barat telah menemukan pula biskuit non-Gabisco dan non-Toronto, yang ternyata mengandung sodium nitrit. Kakanwil Depkes Jawa Barat, Soeyoga, belum bersedia menyebut pabrik biskuit itu. "Soal itu masih perlu kami konfirmasikan," katanya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Pada edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Jangan Dulu Makan Biskuit"

G. Sugrahetty Dyan K., dan Sigit Haryoto berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus