Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Jawaban Risma dan Ahok soal Pilihan Pilgub Jakarta atau Provinsi Lain

Risma dan Ahok diberi pertanyaan soal pilihan menjadi bakal calon gubernur di Jakarta atau provinsi lain. Apa jawaban mereka?

30 Mei 2024 | 09.02 WIB

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini usai dilantik menjadi Ketua DPP PDIP Bidang Kebudayaan dan Pendidikan di kantor DPP PDIP Diponegoro, Jakarta pada Senin, 19 Agustus 2019. TEMPO/Dewi Nurita
Perbesar
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini usai dilantik menjadi Ketua DPP PDIP Bidang Kebudayaan dan Pendidikan di kantor DPP PDIP Diponegoro, Jakarta pada Senin, 19 Agustus 2019. TEMPO/Dewi Nurita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Bursa bakal calon gubernur (cagub) menjelang pemilihan kepala daerah atau Pilkada 2024 mulai menggeliat. Dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP misalnya, muncul nama Tri Rismaharini atau Risma dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Saat diberi pertanyaan soal pilihan sebagai bakal cagub Jakarta atau provinsi lain di Pilkada 2024, apa jawaban Risma dan Ahok?

Ahok: Paling ideal adalah Jakarta

Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Sumatra Utara (Sumut) sempat meminta Ahok untuk maju di pemilihan gubernur 2024. Namun, Ahok mengaku tidak begitu memahami provinsi tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saya enggak begitu paham daerah lain sebetulnya,” ujar Ahok kepada Tempo di Wisma Nusantara, Jakarta, Rabu, 29 Mei 2024.

Dia mengklaim, Jakarta merupakan provinsi paling ideal bagi dirinya jika akan maju menjadi calon gubernur dalam Pilkada Jakarta. “Menurut saya, memang paling ideal adalah Jakarta,” kata dia.

Hal ini, kata dia, agar bisa mengimbangi kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Presiden terpilih.

“Kenapa Jakarta paling ideal untuk mengimbangin ini? Yang paling mirip presidensial itu adalah Gubernur Jakarta.”

Kendati demikian, partai banteng bermoncong putih itu tidak dapat mengajukan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur di Pilkada Jakarta sendirian. Sebab, pada periode 2024-2029, PDIP hanya memiliki 15 kursi DPRD DKI Jakarta.

Sedangkan syarat untuk bisa mengusung calon gubernur dan wakil gubernur adalah 22 kursi, sehingga PDIP harus berkoalisi dengan partai lain untuk mengisi kekurangan jumlah kursi.

“Nah pertanyaannya, Jakarta kami (PDIP) enggak bisa maju kan? Karena kursi PDI Perjuangan enggak cukup. Kalau cukup ini saya minta sama Ibu (Mega), itu enggak cukup,” ujar Ahok.

Ahok kemudian menyinggung soal konsep partainya yang ingin mendidik rakyat. Kendati demikian, Ahok mengatakan bahwa dia dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri belum membicarakan perihal maju atau tidaknya dia pada Pilkada 2024. Ahok mengaku ditugaskan untuk membantu PDIP dalam pemenangan pilkada.

“Aku enggak tahu (ada sinyal penugasan Pilkada). Karena kan Jakarta kan kita (kursi PDIP) enggak cukup. Saya enggak tahu perhitungan-perhitungan dari Ibu (Mega) ya. Kan putusan di Ibu. Bisa saja Ibu merasa saya lebih berguna untuk mengurus kayak gitu kan (membantu kader dalam pemenangan Pilkada) untuk menuju tahun 2029,” katanya.

Selanjutnya: Jawaban Risma

Risma: Saya enggak memilih

Sementara Risma mengatakan, dirinya tak akan memilih apakah akan maju Pilkada 2024 di DKI Jakarta atau Jawa Timur. Risma berujar, belum tahu rencana dirinya untuk Pilkada 2024 akhir tahun nanti.

"Saya enggak memilih. Sekali lagi saya enggak berhak untuk memilih," kata Mantan Wali Kota Surabaya itu, Rabu, 29 Mei 2024.

Risma enggan menjawab soal daerah mana yang lebih dia pilih antara DKI Jakarta atau Jawa Timur untuk Pilkada 2024.

"Ya enggak jawab lah aku, orang tadi aku ngomong aku enggak pernah mau minta," ucap Menteri Sosial itu.

Saat ini, Risma menjabat sebagai Menteri Sosial di kabinet Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Dia mengaku belum tahu rencana selanjutnya jika sudah selesai bertugas nanti.

"Saya enggak tahu (maju Pilkada atau tidak), ya nanti kita lihat saja. Yang jelas saya ingin sampaikan dan semua tahu, di induk partai saya, saya tidak pernah berani meminta," ujar politikus PDIP itu.

Risma mengklaim, dia tidak pernah meminta posisi atau jabatan selama ini. Menurut dia, amanah yang dia emban merupakan kehendak dari Tuhan.

Saat ditanya kesiapannya jika diberi tugas oleh partai, Risma justru menyinggung cerita ketika dia maju Pilwalkot Surabaya dulu. Risma diketahui adalah Wali Kota Surabaya periode 2010-2020.

Ketika itu, Risma mendapatkan rekomendasi dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk maju menjadi wali kota Surabaya. Padahal, Risma mengklaim tak pernah terpikir akan maju sebagai kepala daerah di Kota Pahlawan. Menurut Risma, dia menjadi wali kota Surabaya melalui tangan Tuhan yang memberi perintah.

"Memerintahkan Ketua Umum (Megawati) untuk memberikan (surat) rekomendasi kepada saya. Saya sangat percaya. Artinya itu tangan Tuhan ya melalui Bu Mega misalkan," ujar dia.

ADINDA JASMINE | DEFARA DHANYA PARAMITHA | SULTAN ABDURRAHMAN | ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus