Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penulis sekaligus pengamat pendidikan, Darmaningtyas, membicarakan kemungkinan tokoh Muhammadiyah kembali mengisi pos menteri pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi atau Mendikbud - Ristek di kabinet presiden terpilih Prabowo Subianto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Darmaningtyas mengatakan tidak masalah jika Mendikbudristek selanjutnya berasal dari Muhammadiyah, asal tokoh tersebut memiliki latar belakang pendidikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, Mendikbudristek yang ditunjuk Prabowo nanti harus orang dengan pengalaman mengelola institusi pendidikan dan terbuka bagi masukan-masukan dari luar.
“Kalau kriteria-kriteria yang saya sampaikan tadi terpenuhi, dan kebetulan yang bersangkutan orang Muhammadiyah, maka hal itu tidak menjadi masalah,” kata Darmaningtyas melalui pesan singkat pada Senin, 29 April 2024.
Diketahui, jabatan menteri pendidikan memang kerap diduduki oleh tokoh dari Muhammadiyah sejak jaman awal kemerdekaan. Misalnya Ki Hadjar Dewantara yang merupakan menteri pendidikan pertama Indonesia. Selain itu ada juga nama Teuku Muhammad Hasan yang menjadi menteri pendidikan periode 1948 - 1949.
Darmaningtyas berujar Prabowo tetap harus menomorsatukan kompetensi dalam menunjuk Mendikbudristek pengganti Nadiem Makarim. “Jangan sampai yang penting Muhammadiyah tapi kompetensinya tidak ada. Kalau dasarnya yang penting Muhammadiyah, tentu saya pun menolaknya,” ucap dia.
Dalam satu dekade terakhir, posisi menteri pendidikan juga pernah diisi oleh tokoh Muhammadiyah, yaitu Bambang Sudibyo (2004-2009) dan Muhadjir Effendy (2016 - 2017).
Jabatan Mendikbud mulai ditempati dari tokoh non-Muhammadiyah sejak Jokowi menunjuk Anies Baswedan yang kemudian digantikan oleh Muhadjir. Pada periode keduanya, Jokowi menunjuk Nadiem Makarim yang memiliki latar belakang pengusaha.
Darmaningtyas pun mengkritik penunjukkan Nadiem sebagai Mendikbudristek karena tidak memiliki latar belakang mengelola lembaga pendidikan. Darmaningtyas menilai Nadiem kelimpungan sebagai Mendikbudristek karena tidak memiliki latar belakang dunia pendidikan.
Menurut dia, Nadiem tidak berani berbicara banyak soal pendidikan di kampus karena bukan berasal dari lingkungan tersebut. “Dan karena tidak tahu pendidikan pula, maka Nadiem pun hanya bisa berimprovisasi dengan hasil yang tidak lebih baik,” kata dia.