Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Komnas Haji Terima Ratusan Aduan Jemaah, dari Koper Hilang hingga Kegagalan Berangkat

Komnas Haji juga menerima banyak keluhan soal sistem baru multisyarikah yang diterapkan dalam penyelenggaraan haji tahun ini.

15 Mei 2025 | 08.32 WIB

Ratusan umat muslim melakukan tawaf di kabah pada hari-hari terakhir ibadah haji di Masjidil Haram di kota suci Mekah, Arab Saudi 10 Juli 2022. Jemaah haji dari luar negeri kembali untuk haji setelah dua tahun terganggu akibat pandemi COVID-19. REUTERS/Mohammed Salem
Perbesar
Ratusan umat muslim melakukan tawaf di kabah pada hari-hari terakhir ibadah haji di Masjidil Haram di kota suci Mekah, Arab Saudi 10 Juli 2022. Jemaah haji dari luar negeri kembali untuk haji setelah dua tahun terganggu akibat pandemi COVID-19. REUTERS/Mohammed Salem

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta – Komnas Haji mencatat lonjakan aduan dari para jemaah haji Indonesia sejak awal keberangkatan tahun ini. Ketua Komnas Haji Mustolih Siradj menyatakan, laporan yang masuk mencakup berbagai persoalan, mulai dari koper jemaah yang tak kunjung ditemukan hingga kebingungan akibat sistem baru multisyarikah. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sudah hampir seratus aduan kami terima sampai hari ini. Isinya macam-macam, tapi yang paling menonjol adalah persoalan koper jemaah yang belum juga ditemukan sejak mereka mendarat," kata Mustolih saat dihubungi, Kamis, 15 Mei 2025. 

Komnas Haji juga menerima banyak keluhan soal sistem baru multisyarikah yang diterapkan dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Sistem ini menyebabkan rombongan jemaah, termasuk regu dan pendamping dari Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) terpisah satu sama lain. 

“Jemaah kaget karena merasa tidak ada sosialisasi. Sejak di Tanah Air mereka sudah dibentuk regu dan kelompok, didampingi oleh KBIHU. Tapi ternyata ada yang tidak dapat visa, lalu dikelompokkan secara terpisah karena beda syarikah,” ujarnya. 

Menurut Mustolih, sistem tersebut menyulitkan dan menimbulkan keresahan di antara jamaah. Situasi diperparah dengan aduan dari jemaah cadangan yang batal berangkat secara mendadak meski telah memenuhi seluruh persyaratan, termasuk pelunasan biaya. 

"Ada jemaah di Cirebon yang sudah siap berangkat, sudah pelunasan, sudah istitha’ah kesehatan, tapi tiba-tiba dibatalkan oleh kantor Kemenag setempat,” ungkapnya. 

Selain itu, Komnas Haji juga menerima laporan dari jemaah yang belum mendapatkan kartu nusuk, identitas penting yang diperlukan untuk memasuki Masjidil Haram dan menjalankan puncak ibadah haji. Padahal, jemaah tersebut sudah berpindah dari Madinah ke Mekah. 

“Ini juga jadi masalah serius yang perlu segera ditangani. Kartu nusuk adalah bukti identitas jemaah yang digunakan saat menjalani puncak haji nanti,” kata Mustolih. 

Komnas Haji menyampaikan bahwa saat ini Kementerian Agama tengah fokus pada penyelenggaraan ibadah haji, namun tetap berharap ada langkah cepat untuk menangani keluhan-keluhan jwmaah demi kelancaran ibadah dan kenyamanan seluruh peserta haji Indonesia.


Novali Panji Nugroho berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Dinda Shabrina

Lulusan Program Studi Jurnalistik Universitas Esa Unggul Jakarta pada 2019. Mengawali karier jurnalistik di Tempo sejak pertengahan 2024.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus